Saliman (Universitas Negeri Yogyakarta)
Emalia Iragiliati Sukarni (Universitas Negeri Malang)
Jakarta, 10 Oktober 2008
A. BUKU MERUPAKAN SUMBER ILMU PENGETAHUAN
Sumber ilmu pengetahuan yang terbanyak berupa dokumen tertulis (buku). Buku merupakan jendela dunia, hanya orang yang senang membaca yang mengetahui banyak informasi yang terjadi di permukaan bumi. Semakin banyak membaca semakin banyak informasi yang diperoleh.
Permasalahannya adalah membaca merupakan kegiatan yang sulit dilakukan dan membosankan, banyak orang suka membaca tetapi sulit memahami isi bacaan. Banyak orang yang sudah melakukan kegiatan membaca tetapi tidak memahami kebenaran informasi yang dibaca, karena tidak mengetahui teknik membaca yang efektif. Di sisi lain informasi yang ada di buku perlu dikritisi, karena buku karya segelintir orang yang memiliki keterbatasan. Sangat mungkin informasinya tidak lengkap, keliru, atau bahkan salah. Oleh karena itu diperlukan teknik membaca secara kritis.
B. PROBLEMATIKA ANAK DIDIK DI INDONESIA
Keterampilan membaca kebanyakan orang Indonesia sangat rendah, termasuk di dalamnya anak didik kita. The Mainstreaming Good Practices in Basic Education (MGP-BE), telah melakukan performance assesment terhadap siswa SD/MI dan SMP/MTs di 12 Kabupaten dalam 6 Propinsi, dan hasilnya sangat memprihatinkan dunia pendidikan di Indonesia. Jenis tes tersebut meliputi: kemampuan membaca, Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA untuk siswa SD/MI. Tes Kemampuan Bahasa Indonesia, Matematika dan Bahasa Inggris untuk siswa SMP/MTs.
Untuk mengetahui betapa lemahnya kemampuan membaca dan menulis siswa-siswi kita dapat dilihat sebagian hasil tes tersebut sebagai berikut:
1. Kepada Anak SD/MI Kelas Awal dilakukan dua kali tes membaca, skor rerata kemampuan membaca (tes-1 : 56,4%, tes-2 : 19,9%)
2. Kepada Anak SD/MI Kelas Tinggi dilakukan tes kemampuan membaca Bahasa Indonesia dan tes menulis dalam Bahasa Indonesia, skor rerata kemampuan membaca Bahasa Indonesia : 35,7% sedangkan skor menulis dalam Bahasa Indonesia : 38,9%
3. Kepada Anak SMP/MTs, setelah dilakukan tes kemampuan membaca Bahasa Indonesia dan tes menulis dalam Bahasa Indonesia diperoleh skor rerata kemampuan membaca Bahasa Indonesia : 58,7%, dan skor menulis dalam Bahasa Indonesia : 46,6%
Kondisi tersebut menggambarkan betapa keterampilan membaca dan menulis anak-anak didik kita memprihatinkan. Lebih-lebih terjadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang notabene sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan.
Kalau dikaji lebih jauh, kondisi tersebut terjadi pada tingkatan membaca yang paling rendah, karena hanya membaca untuk memahami dan memaknai isi bacaan, belum sampai pada tingkatan membaca yang lebih tinggi yaitu “membaca kritis” untuk memahami, memaknai, mengetahui kebenaran, dan kelengkapan informasi yang terkandung pada suatu bacaan. Gambaran tersebut akan lebih mengerikan apabila terjadi pada guru-guru kita. Oleh karena itu menjadi sangat penting dan mendesak, diberikan pelatihan khusus tentang teknik membaca kritis, agar guru Indonesia mampu melakukan membaca secara kritis, dan pada gilirannya menularkan kepada anak didiknya.
C. MEMBACA SECARA KRITIS
Langkah berikut ini dapat dilakukan, apabila akan melakukan kegiatan membaca secara kritis.
1. Cara memahami isi bacaan secara cepat adalah dengan menganalisis pokok pikiran setiap alinea/paragraf. Secara umum setiap alinea/paragraf memiliki pikiran utama sebagai pokok bahasan dalam alinea tersebut. Apabila pembaca dapat mengenali pikiran utama dari alinea yang dibaca, maka pada hakekatnya sudah dapat memahami maksud bacaan. Untuk Bahasa Indonesia, pikiran utama biasanya terdapat pada awal atau akhir alinea.
2. Menangkap makna pesan yang terkandung dalam bacaan. Makna pesan adalah inti dari informasi yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Caranya adalah dengan mengenali kata-kata operasional (sering disebut dengan ”predikat” pada pola kalimat SPO – Subyek Predikat Obyek) pada pikiran utama. Contoh: apabila Saudara memiliki sebuah pikiran utama dari sebuah alinea: ”Peningkatan profesionalisme guru”, maka dapat dijelaskan bahwa kata operasionalnya adalah ”Peningkatan”, karena:
a. kata profesionalisme dan guru merupakan kata yang akan dikenai dengan kegiatan peningkatan,
b. bukan kata peningkatan yang akan dikenai dengan kegiatan profesionalisme,
c. atau kata peningkatan akan dikenai dengan kegiatan guru.
3. Meyakini atau menyangkal kebenaran isi bacaan, merupakan langkah yang paling sulit dari membaca kritis, karena pembaca harus memiliki kemampuan menjustifikasi. Untuk melakukan kegiatan tersebut pembaca harus mempunyai banyak informasi pendukung, mengetahui teknik-teknik mengutip tulisan, dapat melakukan logika universal, dan validasi informasi.
4. Sangat mungkin informasi yang diperoleh benar adanya, akan tetapi kurang lengkap. Terhadap informasi seperti ini pembaca harus mencoba mencari informasi kelengkapannya. Seandainya ternyata tidak ditemukan, maka sebaiknya tidak digunakan.
5. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencari kelengkapan informasi adalah dengan melacak sumber asli (primer).
D. VALIDASI KEBENARAN INFORMASI DALAM SUMBER BELAJAR
Cara melakukan validasi kebenaran informasi yang terdapat dalam sumber belajar, dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1. Dari mana daftar pustaka yang digunakan sebagai sumber tulisan? Apakah sumber primer (hasil penelitian atau jurnal penelitian) atau sumber sekunder (buku, majalah, surat kabar). Utamakan yang menggunakan sumber primer.
2. Mengenali kredibilitas perawinya (siapa yang melakukan kutipan, dan bagaimana cara melakukan kutipan, apakah sudah menggunakan kaidah mengutip yang benar?)
3. Apabila sebuah tulisan menggunakan buku-buku sebagai sumber pustaka, pastikan bahwa yang digunakan adalah pustaka terkini (5 tahun terakhir)
4. Hindari menggunakan tulisan yang hanya memuat pendapat-pendapat dari penulis yang tidak kredibel
5. Hindari menggunakan tulisan yang hanya mendasarkan pada opini publik
6. Kurangi menggunakan tulisan-tulisan yang informasinya bersumber dari koran dan majalah
7. Apa maksud penulis menulis wacana tersebut?
8. Siapa kelompok pembaca yang dituju?
9. Apakah tujuan dalam wacana tulis ini tertera secara jelas/eksplisit?
10. Dapatkah informasi tersebut diaplikasikan pada kehidupan nyata?
11. Atas dasar apa sumber belajar ini dapat dipercaya?
12. Apakah sajian informasi yang ada tertulis secara jelas, runtut dan berkesinambungan?
E. LATIHAN
1. Memahami, Memaknai, Mengkritisi Isi Bacaan
Berikut adalah contoh artikel jurnal hasil penelitian yang dapat Anda baca, sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk latihan analisis kritis terhadap sumber belajar.
MODEL PGRB2 (PEMBELAJARAN GOTONG ROYONG BERFIKIR BERPASANGAN) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANYUPUTIH SITUBONDO
Muqosim 8)
Abstrak : Realita proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah selama ini sama sekali tidak memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Peserta didik masih saja menjadi obyek. Hasil pengamatan dan pengalaman mengajar di SMP Negeri 2 Banyuputih selama ini, penulis merasakan bahwa kondisi pembelajaran seperti yang telah diungkapkan di depan benar-benar terjadi sehingga motivasi dan prestasi belajar masih sangat rendah Upaya yang penulis lakukan untuk mengatasi fenomena tersebut, melalui implementasi Model Pembelajaran Gotong Royong Berfikir Berpasangan (PGRB2). Pembelajaran Gotong Royong Berfikir Berpasangan merupakan model pembelajaran, dimana kelas dikelola menjadi kelompok-kelopok kecil dan masing-masing kelompok kecil siswa diminta berpasangan untuk membahas topik yang diajarkan dengan bantuan LDS (Lembar Diskusi Siswa). Dari angket diperoleh bahwa aktifitas belajar siswa tinggi, namun masih ada yang tidak mencatat hasil diskusi kelompok (25 %) dan ada yang merasa minder (39 %) pada siklus pertama dan ditiadakan pada siklus kedua. Prestasi yang dicapai rata-rata kelas baik (83), masih ada 2 (dua) siswa yang belum tuntas dengan KKM 65, jumlah nilai sumbangan anak berprestasi diatas rata-rata 150, sedangakan jumlah nilai yang diterima siswa dibawah rata-rata kelas sebesar 149. Prestasi yang dicapai rata-rata kelas baik meningkat (85), semua siswa tuntas dengan KKM 65, jumlah nilai sumbangan anak berprestasi diatas rata-rata menurun 150 ke 97, sedangkan jumlah nilai yang diterima siswa dibawah rata-rata kelas juga menurun 149 ke 89 berarti kesenjangan prestasi siswa kelompok cepat dan kelompok lambat tidak terlalu jauh, sehingga prinsip gotong rayong sangat baik dalam mencapai tujuan pembelajran.
Kata Kunci : Pembelajaran Gotong Royong Berfikir Berpasangan (PGRB2), Kualitas Belajar Biologi.
PENDAHULUAN
Pembaharuan pola pikir pendidikan diawali dengan renungan akan keberhasilan pendidikan yang telah dilaksanakan. Sepajang kurun waktu 32 tahun lebih tidak kurang dari 5 (lima) kali telah mencoba membuat arah pendidikan Nasional, namun hasilnya masih belum memuaskan, ini disebapkan antara lain pola pikir kita tentang pendidikan masih jauh tertinggal dengan kecepatan perkembangan zaman yang menuntut perubahan peradaban. Perubahan ini mengilhami perkembangan proses pembelajaran yang harus diterapkan dalam setiap jenjang pendidikan.
Selama ini masih banyak yang menganggap bahwa siswa sebagi obyek pendidikan, siswa datang ke sekolah dianggap botol kosong yang harus diisi oleh berbagai pengetahuan, yang kadang kurang memperdulikan kondisi dan kemampuan siswa. Guru menganggap dirinya seorang paling super dan gudang ilmu yang perlu menuangkan ilmunya bergitu saja. Sedangkan siswa juga masih banyak yang mengingingkan disuapi instan oleh sang guru sehingga ia datang ke sekolah kosong dengan apa yang harus ia pelajari, seakan tanpa guru tidak ada pengetahuan yang diperolehnya, karena menganggap guru adalah satu satunya sumber belajar. Kondisi yang demikian ini tidak sesui dengan pola pikir atau paradigma baru tentang pembelajaran.
Belajar dengan mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar telah membawa siswa benar-benar tergantung pada guru. Interaksi pembelajaran terjadi searah, jawaban siswa seragam terbelenggu, merasa takut bila jawaban tidak sama, ide atau gagasan baru tidak berkembang, takut untuk bertanya kawatir pertanyaan tidak mengena, belum lagi siswa merasa sulit untuk menyusun rangkaian kata-kata dalam menjawab dan bertanya dengan kalimat yang bagus, seringkali siswa tidak menghagai pendapat, ide temanya. Sehingga suasana kelas benar-benar tenang tertib, sunyi, pasif, dan inovasi, kreatifitas jadi buntu. Sutikno (2006:51) mengatakan bahwa Realita proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah selama ini sama sekali tidak memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Peserta didik masih saja menjadi obyek. Mereka diposisikan sebagai orang yang tertindas, orang yang tidak tahu apa-apa, orang yang harus dikasihani, oleh karena itu harus dijejali dan disuapi.
Kondisi seperti apa yang disampaikan oleh Sutikno tersebut dapat mengakibatkan ketergantungan peserta didik dengan guru terlalu tinggi, kreatifitas siswa rendah, daya nalar dan daya fikirpun juga rendah, sehingga bisa jadi kemampuan kognisi, afeksi dan psikomotori kurang. Ini tidak sejalan dengan proses reformasi dibidang pendidikan kita. Suasana pembelajaran yang lebih menekankan pada kemandirian peserta didik akan dapat mendorong pembelajar termotivasi untuk belajar, dan selalu siap bekerjasama dalam pembelajaran yang dapat menambah kepercayaan diri, kreatif dan inovatif. Pembelajaran yang semacam ini akan mendorong pembelajar untuk meningkatkan kemapuan dalam mengkontruksi pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas.
Dalam hal ini lebih lanjut Sutikno menyampaikan bahwa: Model pendidikan dan pembelajaran yang didominasi dengan kegiatan ceramah, yang menempatkan guru sebagai figur sentral dalam proses pembelajaran di kelas karena banyak berbicara, sementara siswa hanya duduk manis menjadi pendengar yang pasif dan mencatat apa yang diperintahkan guru harus segera ditinggalkan. Paling tidak dikurangi. Sebaliknya, model pembelajaran yang memberi peluang yang lebih luas kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam mengkontruksi pengetahuan dan pemahamanya dalam proses “pemanusianya” mutlak ditumbuh kembangkan. (M. Sobry Sutikno, 2006:51)
Hasil pengamatan dan pengalaman mengajar di SMP Negeri 2 Banyuputih selama ini, penulis merasakan bahwa kondisi pembelajaran seperti yang telah diungkapkan di depan benar-benar terjadi sehingga motivasi dan prestasi belajar masih sangat rendah. Untuk itu perlu diupayakan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai subyek pembelajaran, dimana siswa diberi kesempatan berinterkasi dengan berbagai sumber belajar dan menempatkan guru sebagai motivator, inovator, planner, fasilitator, dan developer. Berdasar latar belakang di atas maka penulis perlu pengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Upaya yang penulis lakukan untuk mengatasi fenomena tersebut, melalui implentasi Model Pembelajaran Gotong Royong Berfikir Berepasangan (GRB2). Pembelajaran Gotong Royong Berfikir Berpasangan merupakan model pembelajaran, dimana kelas dikelola menjadi kelompok-kelopok kecil dan masing-masing kelompok kecil siswa diminta berpasangan untuk membahas topik yang diajarkan dengan bantuan LDS (Lembar Diskusi Siswa).
Berdasarkan masalah yang diuraikan pada latar belakang, masalah dapat penulis rumuskan sebagai berikut: Bagaimana model pembelajaran Gotong Royong Berfikir Berpasangan (GRB2) dapat meningkatkan aktifitas dan hasil pembelajaran biologi?. Rumusan masalah juga merupakan tujuan dari penelitian ini. Hipotesis penelitian tindakan kelas ini kami rumuskan sebagai berikut: Model pembelajaran Gotong Royong Berfikir Berpasangan (GRB2) dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran serta meningkatkan hasil belajar biologi di SMP Negeri 2 Banyuputih. Adapun manfaat menelitian adalah; Manfaat bagi siswa; a) memberikan sajian pembelajaran yang menarik, b) melatih anak untuk hidup bergotong royong dalam mencapai tujuan, c) melatih anak agar mampu berkomunikasi lesan atau tulisan dan menghargai pendapat orang lain, d) meningkatkan hasil/prestasi belajar. Manfaat bagi guru; a) sebagi alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan efektifitas pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar, dan b) mengatasi problem pembelajaran yang selama ini dikeluhkan terutama terhadap rendahnya prestasi belajar siswa. Manfaat bagi sekolah; a) memberi masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, b) sebagai wahana untuk menyusun rencana pengembangan sekolah terutama dalam pembaharuan proses pembelajaran Manfaat bagi pemerhati pendidikan; a) sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan arah kebijakan dalam hal pembaharuan proses pembelajaran, b) sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan pemenuhan sarana prasarana pendidikan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini dipilih sesuai dengan karakteristik permasalahan serta tujuan penelitian, dimana penulis ingin memperbaiki kualitas pembelajaran dalam hal aktifitas dan hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Banyuputih Situbondo. Alur pelaksanaan kegiatan ini dirancang sebagai berikut; refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan rancangan ulang.
Rancangan Siklus I
a. Refleksi awal
Pada tahap ini penulis mengidentisifikasi permasalahan dan menganalisis masalah pembelajaran Biologi yang terjadi di SMP Negeri 2 Banyuputih di kelas 8 semester genap tahun pelajaran 2006/2007.
b. Merumuskan Permasalahan secara Operasional
Pada tahap ini penulis merumuskan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran di kelas terutama yang menyangkut metode pembelajaran yang digunakan di dalam kelas dan reaksi siswa terhadap materi.
c. Merumuskan Hipotesis Tindakan
Setelah merumuskan permasalahan penulis mencoba merumuskan hepotesis tindakan sebagai berikut model pembelajaran Gotong Royong Berfikir Berpasangan (GRB2) dapat meningkatkan aktifitas dan hasil pembelajaran biologi di SMP Negeri 2 Banyuputih.
d. Menyusun Rancangan Tindakan
Rancangan tindakan sebagai berikut;
1) menentukan kompetensi dasar yang akan diajarkan
2) membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran
3) menyusun LDS (Lembar Diskusi Siswa)
4) menyusun pengelolaan kelas
5) menyusun alat pengumpul data berupa; a) lembar pengamatan, b) catatan lapangan tentang pelaksanaan proses pembelajaran dan c) instrumen penilaianan.
6) menyusun rencana pengolahan data
e. Pelaksanaan Tindakan
Sebagai guru biologi penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Model pembelajaran yang dilaksanakan adalah model pembelajaran Gotong Royong Berfikir Berpasangan (GRB2), dengan metode ceramah, pemberian tugas diskusi berpasangan, diskusi kelompok dan diskusi kelas (pleno). Adapun proses pembelajaran sebagai berikut;
1) pendahuluan
Apersepsi; (a) guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, (b) guru membagi kelompok secara homogen terdiri dari empat atau enam orang, dan setiap kelompok membentuk sub kelompok terdiri dari dua orang atau berpasangan, (c) guru menjelaskan cara kerja kelompok dalam proses pembelajaran, dengan metode ceramah.
2) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut;
(a) guru memastikan bahwa semua siswa telah berkelompok sesuai dengan yang diharapkan, kemudian setiap anggota kelompok diminta untuk membentuk pasangan masing-masing dua orang ( sub kelompok) dan memilih ketua kelompok yang bertugas untuk mengkoordinasi kerja kelompok, kemudian guru membagikan LDS (Lembar Diskusi Siswa) yang berupa kartu butir LDS untuk didiskusikan oleh setiap pasang kelompok (sub kelompok)
(b) guru meminta masing-masing pasangan sub kelompok mendiskusikan kartu LDS-nya dengan dibantu literatur (buku yang dimiliki) dan sumber belajar yang lain, guru berkeliling kelompok untuk mengamati proses diskusi dan membimbingnya. Setelah masing-masing sub kelompok mendiskusikan maka diminta kartu LDS ditukar ke sub kelompok lainya untuk didiskusikan.
(c) Kemudian setelah masing-masing pasangan sub kelompok selesai mengerjakan LDS-nya, guru meminta ketua kelompok memimpin diskusi kelompok untuk menyamakan persepsi yang kemudian digunakan untuk pleno (diskusi kelas), guru memgamati proses diskusi kelompok sambil memberi motivasi dan membimbing agar materi diskusi dapat diselesaikan dengan baik.
(d) Setelah diskusi kelompok dianggap cukup kemudian guru memimpin diskusi kelas (pleno), masing-msing kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi secara berurutan sedang kelompok yang lain untuk menanggapinya sampai ada kata sepakat. Guru bertindak sebagai moderator, motivator sekaligus sebagai evaluator dan memberi penguat hasil diskusi
(e) Setelah diskusi kelas selesai, kemudian guru mengadakan tes formatif untuk mengetahui daya serap belajar siswa baik secara lesan atau tertulis tergantung waktu yang tersedia.
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup guru menyampaikan kesimpulan/evaluasi hasil diskusi dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya
f. Pengamatan
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati pada proses pembelajaran yang meliputi menyampaikan pertanyaan melalui angket tentang proses pembelajaran sebelum dan setelah tindakan, mengamati aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dan dokumen hasil belajar melalui tes ulangan formatif/harian. Guru dibantu teman sejawat untuk mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung, mencatat data-data yang muncul selama proses pembelajaran kemudian mentranskripsikan.
Analisia dokumentsi dilakukan dengan menilai hasil diskusi masing-masing kelompok dan evaluasi (tes) hasil belajar secara individul dan kelompok. Hasil individual dikonfirmasikan dengan hasil kelompok untuk mengetahui berapa besar sumbangan individu terhadap kelompok. Diharapkan siswa yang disumbang oleh kelompok berikutnya dapat memperkecil sumbanganya bahkan dapat menyumbangnya, sedangkan yang pernah menyumbang dapat meningkatkan hasil sumbangannya sehingga setiap siswa terpacu untuk menyumbangkan hasil belajar (nilai) lebih besar kepada kelompoknya dan hasil belajar siswa meningkat.
g. Refleksi
Analisis data dan refleksi dilakukan penulis dengan teman sejawat. Hasil refleksi dicatat dan menghasilkan rekomendasi untuk rancangan tindakan pada siklus kedua sebagai rancangan tindakan lanjutan.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di semester genap kelas 8 SMP Negeri 2 Banyuputih Situbondo tahun pelajaran 2006/2007 dengan jumlah siswa 32 siswa
Teknik Pengumpulan Data
Data penilitian ini diperoleh dengan teknik pengamatan, catatan lapangan, koesoner, dan studi dokumentasi.
a. Teknik pengamatan dan catatan lapangan digunakan untuk menilai proses pembelajaran.
b. Teknik koesioner digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran.
c. Studi dokumentasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
Hasil dari siklus satu dilakukan refleksi untuk dijadikan bahan penyempurnaan pada penerapan siklus kedua. Siklus kedua pun direfleksi kembali untuk penyempurnaan pelaksanaan siklus ketiga.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara diskriptik kualitatif berdasarkan hasil observasi terhadap efektifitas pembelajaran dan hasil belajar, dengan langkah sebagai berikut:
a. Melakukan reduksi, yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang telah dikumpulkan
b. Melakukan intepretasi, yaitu menafsirkan yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan
c. Melakukan inferensi, yaitu menyimpulkan apakah dalam pebelajaran ini terjadi peningkatan kualitas belajar atau tidak
d. Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus berikutnya
e. Pengambilan kesimpulan, berdasarkan analisis hasil-hasil obsevasi, yang dituangkan dalam bentuk pernyataan.
Indikotor pembelajaran aktif, adalah mudah memahami, termotivasi, aktif melaksanakan, kerjasama, senang, mau berpendapat dan betanya dengan rentangan : Rendah 0 % – 40 %, Sedang 41 % -70 %, dan tinggi 71 % – 100 %. Sedangkan rentangan prestasi sebagai berikut dikatakan rendah bila nilai yang dicapai di bawah KKM (65) 0 – 64, sedang 65 – 75, tinggi 76 – 100.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Angket Pasca Siklus 1(satu)
N0. | Pertanyaan | Ya | Tidak |
1. | Menurut kamu apakah pembelajaran gotong royong kelompok berpasangan, bersifat menyenangkan? | 98% | 2% |
2. | Apakah kamu lebih mudah memahami materi biologi dengan cara belajar seperti ini? | 97% | 3% |
3. | Apakah cara belajar seperti ini, merangsang kamu untuk belajar dan belajar (ingin belajar terus)? | 100% | 0% |
4. | Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, memberi beban berat belajar kamu? | 0% | 100% |
5. | Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, perlu diterapkan pada pembelajaran berikutnya? | 83% | 7% |
6. | Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, kamu ikut bekerja kelompok? | 100% | 0% |
7. | Apakah kamu memberi andil pendapat dalam kelompokmu? | 99% | 1% |
8. | Apakah kamu pernah memberi bantuan pemahaman kepada anggota kelompokmu? | 100% | 0% |
9. | Apakah kamu melakukan kegiatan/mencatat sesuai dengan hasil kelompokmu? | 75% | 25% |
10. | Apakah kamu merasa minder/ kurang percayadiri dalam kelopokmu? | 39% | 61% |
11. | Apakah kamu pernah memmberi komentar/bertanya kepada kelompok lain? | 83% | 17% |
12. | Menurut kamu apakah perlu adanya pertukaran kelompok pada pertmuan berikutnya | 76% | 24% |
13. | Apakah kamu menulis hasil diskusi/kesimpulan pada akhir pembelajaran pada bukumu? | 89% | 11% |
14. | Dalam pembelajaran seperti ini, apakah kamu lebih aktif dari pada cara pembelajaran sebelumnya? | 83% | 7% |
15. | Menurut kamu apakah pembelajara gotong royong kelompok berpasangan, perlu dikembangkan? | 97% | 3% |
Dari angket diperoleh bahwa aktifitas belajar siswa tinggi, namun masih ada yang tidak mencatat hasil diskusi kelompok (25 %) dan ada yang merasa minder (39 %)
Hasil Prestasi Belajar Biologi Siklus Satu
NO. | NAMA SISWA | NILAI | KELOMPOK | SUMBANGAN KE KELOMPOK | RATA-RATA KEL |
1. | Rianri Malindo | 68 | 1 | -20 | 88 |
2. | Sufi Jamilah | 96 | 1 | +8 | |
3. | Mariah Ulfa | 96 | 1 | +8 | |
4. | Hidayatul M | 89 | 1 | +1 | |
5. | Moh. Evi Priandika | 90 | 1 | +2 | |
6. | Nurul Hidayah | 87 | 1 | -1 | |
7. | Felick Hondolo | 100 | 2 | +13 | 87 |
8. | Lia Nurhayati | 100 | 2 | +13 | |
9. | Retno Adi W. | 87 | 2 | 0 | |
10. | Randi Ratna Sari | 92 | 2 | +5 | |
11. | Neneng A. | 46 | 2 | -41 | |
12. | Riska Nikmatul H | 94 | 2 | +7 | |
13. | Fendi Fudi Hartono | 91 | 3 | +18 | 73 |
14. | Bambang Adi S | 93 | 3 | +20 | |
15. | Dini Nurhidayati | 40 | 3 | -33 | |
16. | Makrifaul Jannah | 68 | 3 | -5 | |
7. | Fista Desi Mala | 80 | 4 | -3 | 83 |
18. | Faridz Imami | 87 | 4 | +4 | |
19. | Rudi Setiawan | 62 | 4 | -21 | |
20. | Hana Dwi Wanda | 94 | 4 | +11 | |
21. | Lia Riski | 89 | 4 | +6 | |
22. | Widia Ayu F | 88 | 4 | +5 | |
23. | Etika Prima Ananda | 69 | 5 | -9 | 78 |
24. | Rizki Yuli Andini | 65 | 5 | -13 | |
25. | Roni H. | 97 | 5 | +19 | |
26. | Dian Anastagia | 80 | 5 | +2 | |
27. | Moh. Tsabit | 84 | 6 | -6 | 90 |
28. | Wahyuni Sara | 87 | 6 | -3 | |
29. | Tika Wahyu N | 89 | 6 | -1 | |
30. | Nandang Yorieanta | 95 | 6 | +5 | |
31. | Daniel Lazuardy L | 91 | 6 | +1 | |
32. | Titin Hariyani | 92 | 6 | +2 | |
Hasil Belajar Siklus 1(Satu)
Siklus | ∑ Nilai sumbangan | ∑ Nilai disumbang | Rerata prestasi kelas |
Siklus1 | 150 | 149 | 83 |
Prestasi yang dicapai rata-rata kelas baik (83), masih ada 2 (dua) siswa yang belum tuntas dengan KKM 65, jumlah nilai sumbangan anak berprestasi diatas rata-rata 150, sedangakan jumlah nilai yang diterima siswa dibawah rata-rata kelas sebesar 149.
Hasil Prestasi Belajar Biologi Siklus Dua
NO. | NAMA SISWA | NILAI | KELOMPOK | SUMBANGAN KE KELOMPOK | RATA-RATA KEL |
1. | Rianti Malindo | 83 | 1 | 0 | 83 |
2. | Sufi Jamilah | 97 | 1 | +14 | |
3. | Mariah Ulfah W. | 86 | 1 | +3 | |
4. | Hidayatul M. | 86 | 1 | +3 | |
5. | Moh. Evi Priandika | 83 | 1 | 0 | |
6. | Nurul Hidayah | 65 | 1 | -18 | |
7. | Felick Hondolu | 96 | 2 | +6 | 90 |
8. | Lia Nurhayati | 91 | 2 | +1 | |
9. | Retno Adi W. | 84 | 2 | -6 | |
10. | Randi Ratna Sari | 95 | 2 | +5 | |
11. | Nining A. | 76 | 2 | -4 | |
12. | Riska Nikmatul Hamidah | 96 | 2 | +6 | |
13. | Fendi Puji Hartono | 79 | 3 | -2 | 81 |
14. | Bambang Adi Sudarwanto | 84 | 3 | 3 | |
15. | Dini Nurhidayati | 83 | 3 | +2 | |
16. | Makrifatul Jannah | 76 | 3 | -5 | |
7. | Frista Desi Mala Lowira | 95 | 4 | +8 | 83 |
18. | Faridz Imami | 81 | 4 | -2 | |
19. | Rudi Setiawan | 76 | 4 | -7 | |
20. | Hana Dwi Wanda M. | 95 | 4 | +12 | |
21. | Lia Riska | 79 | 4 | +4 | |
22. | Widia Ayu F. | 70 | 4 | -13 | |
23. | Etika Prima Ananda | 84 | 5 | -1 | 85 |
24. | Rizki Yuli Andini | 82 | 5 | -3 | |
25. | Roni Hidayat | 87 | 5 | +2 | |
26. | Dian Anastassia | 86 | 5 | +1 | |
27. | Moh. Tsabit | 82 | 6 | -7 | 89 |
28. | Wahyuni Sara | 74 | 6 | -15 | |
29. | Tika Wahyu N. | 98 | 6 | +9 | |
30. | Nandang Yurieanto | 83 | 6 | -6 | |
31. | Daniel Lazuardy L | 99 | 6 | +10 | |
32. | Titin Hariyani | 97 | 6 | +8 | |
Hasil Belajar Siklus 2
Siklus | ∑ Nilai sumbangan | ∑ Nilai disumbang | Rerata prestasi kelas |
Siklus 2 | 97 | 89 | 85 |
Prestasi yang dicapai rata-rata kelas baik meningkat (85), semua siswa tuntas dengan KKM 65, jumlah nilai sumbangan anak berprestasi diatas rata-rata menurun 150 ke 97, sedangakan jumlah nilai yang diterima siswa dibawah rata-rata kelas juga menurun 149 ke 89 berarti kesenjangan prestasi siswa kelompok cepat dan kelompok lambat tidak terlalu jauh, sehingga prinsip gotong rayong sangat baik dalam mencapai tujuan pembelajaran dari pada prinsip persaingan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Model PGRB2 dapat meningkatkan kualitas hasil belajar dan mengurangi kesenjangan hasil belajar kelompok siswa yang lambat belajar dengan siswa yang cepat belajar dan tidak memperlambat kecepatan belajar pada siswa kelompok cepat.
Saran
Model PGRB2 dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran dalam rangka untuk meningkatkan kualias pembelajaran baik dari segi keaktifan, sosial, vokasional dan prestasi. Untuk itu disarankan dicobakan pada berbagai pembelajaran dan dikembangkan, namun perlu diperhatikan pengawasan dan pembimbingan agar anak yang lambat belajar tidak minder, yang cepat belajar dengan senang hati membagi pengalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Sy. B. Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. (ER) . Jakarta: Rineka Cipta
Gulo,W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Program Pascasarjana UNESA. Surabaya: University Press.
Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motiavasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT Rajawali Grafido Persada.
Sutrisno. 2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah tehnik Pendidikan Berbasis Kompetensi. Jogjakarta: Ar-ruzz
Sutikno, Sobry, M. 2006. Pendidikan Sekarang dan Masa Depan. Mataram: NTP Press
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
PELOPOR PENDIDIKAN, Vol. 2, No. 1, Mei 2008
Saudara diminta melakukan tugas dan menjawab pertanyaan berikut:
a. Temukan dan tulislah pikiran utama setiap alinea dari bacaan di atas!
b. Temukan pula beberapa informasi pendukung (pikiran tambahan) dari bacaan di atas!
c. Apa makna yang terkandung pada bacaan tersebut?
d. Bagaimana dengan kebenaran informasi yang terkandung dari bacaan di atas?
e. Bagaimana pula dengan kelengkapan informasi yang terkandung dari bacaan di atas?
2. Membaca dan Memahami Data pada Sebuah Tabel
Berikut diberikan contoh artikel jurnal hasil penelitian yang di dalamnya terdapat tabel, yang akan digunakan untuk berlatih melakukan analisis kritis.
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS IV SD NEGERI KEMUNING LOR 01
ARJASA KABUPATEN JEMBER
Wiyani 8)
Abstrak : Penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar dengan metode pembelajaran kooperatif melalui teknik pembagian kelompok siswa SD Negeri Kemuning Lor 01 Arjasa, kelas IV dilaksanakan dalam 24 jam pelajaran yang dilaksanakan dalam 3 siklus dengan materi pembahasan Luas dan Keliling Jajargenjang dan Segitiga. Pembagian kelompok yang dipraktekkan adalah teman sebangku, pemilihan secara acak dan pembagian berdasarkan kemampuan akademik, ternyata dari ketiga macam jenis pengelompokkan tersebut, lebih efektif pembagian kelompok berdasarkan kemampuan akademik.
Kata kunci : pembelajaran kooperatif, dan hasil belajar.
PENDAHULUAN
Sering dikeluhkan oleh guru matematika bahwa pembelajaran matematika kurang disenangi oleh siswa, ini terjadi karena banyak hal yang mempengaruhi kondisi tersebut. Kondisi yang mempengaruhi hal tersebut terjadi antara lain kondisi materi matematika, kondisi guru dan kondisi siswa. Jika ditinjau dari materi matematika, maka materi / obyek matematika merupakan hal yang abstrak yang terdiri dari fakta , konsep,prinsip dari skill jika hal ini kurang diperhatikan oleh guru matematika, maka ini dapat menjadi salah satu penyebab kurang berhasilnya pembelajaran matematika.
Menurut Eebertt & Straker (1995 : 60 – 75) dalam marsigit (2001 : 4 – 5) bahwa : siswa akan belajar jika mendapatkan motivasi dari guru, bila guru menyediakan kegiatan yang menyenangkan, memperhatikan keinginan mereka, membangun pengertian melalui apa yang diketahui menciptakan suasana kelas yang mendukung dan merangsang belajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, memberikan kegiatan yang menantang, memberikan kegiatan yang memberikan harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa.
Siswa belajar dengan caranya sendiri, memerlukan pengalaman tersendiri yang berhubungan dengan pengalaman di waktu lampau sehingga guru perlu berusaha mengetahui kelebihan dan kekurangan siswanya, merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, membangun pengetahuan dan keterampilan siswa merencanakan dan menggunakan catatan kemajuan siswa. Siswa belajar secara mandiri melalui kerja sama dalam kelompok dapat saling tukar gagasan melibatkan siswa dalam mengambil keputusan. Siswa juga memerlukan konteks dan situasi yang berbeda dalam belajarnya sehingga perlu dipertimbangkan.
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam pembelajaran suatu topik tertentu dalam matematika guru harus dapat memilih pendekatan, strategi, metode dari teknik / metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi siswa yang akan diajar sebagai pertimbangan agar potensi siswa dapat berkembang secara optimal maka perlu hal – hal berikut sebagai referensi.
Salah satu cara yang bisa diterapkan adalah menciptakan situasi pembelajaran yang menarik. Penerapan model pembelajaran yang tepat sangat memungkinkan siswa tertarik belajar matematika. Ada beberapa model pembelajaran yang memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar matematika salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui pengajaran penggunaaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Holubeca, 2001).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih dan silih asuh antara sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata .Sintaks (pola urutan) dari suatu model pengajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap, keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran, sedangkan model pengajaran kooperatif ada 6 fase yaitu :
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswaGuru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa belajar.
2) Menyajikan informasi.Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan
3) Mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar kegiatan guru adalahmembimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
5) Evaluasi, kegiatan guru yaitu mangadakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar sisiwa.Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta kelompok mempresentasikan hasil karya.
6) Memberikan penghargaan. Guru menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Menurut Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk (2003:61) dalam kelompok belajar tradisional terdapat guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Akuntabilitas Individu sering diabaikan sehingga tugas – tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya enak – enak saja diatas keberhasilan temannya yang dianggap pemborong, kelompok belajar biasanya homogen, pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing – masing, keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan, pemantauan melalui observasi interviu sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung dan guru sering tidak pemperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok belajar serta penekanan sering hanya penyelesaian tugas.
Alasan lainnya berdasarkan abservasi di kelas dari interviu dengan guru matematika di Sekolah Menengah Pertama pembelajaran matematika masih menggunakan model pembelajaran lama (Tradisional) yaitu siswa adalah penerima informasi secara pasif, belajarnya secara individual, pembelajaran hanya teorilis tidak memberikan hadiah / pujian keterampilan dikembangkan atas dasar latihan rumus ada diluar diri siswa yang hanya diterima, dihafalkan dan dilatihkan, guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa.
Berdasarkan pengamatan tersebut nampak siswa mengalami permasalahan yang harus dihadapi diantaranya :
1. Siswa kurang terlatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan
2. Siswa kurang dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
3. Siswa kurang mampu menyampaikan informasi atau mengomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, catatan, dalam menjelaskan gagasan
Dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah model pembelajaran kooperatif melalui teknik pengaturan kelompok dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SD Negeri Kemuning Lor 01 Arjasa? Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperoleh bukti empirik apakah model pembelajaran kooperarif melalui teknik pembagian kelompok berpengaruh pada peningkatan belajar matematika siswa kelas IV SDN Kemuning Lor 01 Arjasa? Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, siswa, dan sekolah.
a. Bagi Guru
1. Agar Guru dapat memperbaiki mutu kinerja atau meningkatkan proses pembelajaran secara berkesimanbungan
2. Untuk mengembangkan keterampilan guru untuk menghadapi permasalahan yang nyata dalam proses pembelajaran di kelas
3. Meningkatkan profesionalisme guru
b. Bagi Siswa
- Dapat berlatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan
- Dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
- Mampu menyampaikan informasi atau mengomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, catatan, diagram dalam menjelaskan gagasan
c. Bagi Sekolah
- Membantu tanggung jawab sekolah dalam memperlancar pelaksanaan kurikulum
- Membantu sekolah dalam meningkatkan mutu lulusan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada awal semester genap tahun pelajaran 2005 – 2006 di SD Negeri Kemuning Lor 01 Arjasa pelajaran matematika yang diteliti pada materi pokok Keliling dan Luas Jajargenjang dan Segitiga. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Analisis Data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif Kuantitatif dan Analisis Deskriptif Kualitatif. Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Tagyart dengan tahapan perencanaan tindakan dan observasi serta refleksi untuk setiap siklus
Rencana Tindakan
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif melalui pembagian kelompok belajar. Langkah – langkah penelitian adalah sebagai berikut
a. Menyusun instrumen pembelajaran
b. Menyusun Instrumen Monitoring
c. Sosialisasi kepada siswa
d. Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran
e. Melakukan refleksi
f. Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ke dua berdasar refleksi siklus pertama
g. Melaksanakan pembelajaran pada siklus kedua
h. Melakukan Observasi
i. Melakukan refleksi pada siklus kedua
j. Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus ke dua
k. Melaksanakan pembelajaran pada siklus ketiga
l. Melakukan Observasi
m. Melakukan refleksi pada siklus ketiga
n. Menyusun laporan
Tindakan
Siklus 1
Siklus 1 merupakan siklus awal yaitu siswa diberi tindakan dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif, memberikan umpan balik jawaban dan tanggapan siswa, penugasan kepada siswa sesuai dengan bahan yang telah di kembangkan baik secara individu dan pengerjaan soal didiskusikan dengan teman sebangku. Siswa diarahkn untuk menyelesaikan soal secara mandiri sebagai modal awal. Bentuk dan jenis pengumpulan informasi adalah penilaian tertulis bentuk esai karena esai adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami dan mengargumentasikan gagasan atau hal yang sudah dipelajari dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam uraian bertulis menggunakan kata – katanya sendiri sehingga alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis dan menyimpulkan. Pada siklus 1, membahas materi pokok Luas dan Keliling Jajargenjang.
Siklus 2
Siklus 2 merupakan tindakan perbaikan dari siklus 1 yaitu mengubah model pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus yaitu dengan menggunakan model kooperatif dengan mengelompokkan siswa berdasarkan kesamaan nomor yaitu dari jumlah 29 siswa dibentuk menjadi 6 kelompok belajar masing – masing beranggotakan 4 atau 5 orang. Guru menghitung siswa dari 1 hingga 6 secara acak. Selanjutnya para siswa yang bernomor sama dikelompokkan sehingga terbentuk 6 kelompok siswa yang memiliki karakteristik heterogen. Langkah – langkah yang lain siswa dalam mengerjakan soal atau membahas permasalahan dalam latihan soal dilaksanakan secara berkelompok dan selama siswa mengerjakan soal guru memantau.Bentuk penilaian dan pengumpulan informasi sama dengan siklus 1. Pada siklus 2 materi pokok yang dibahas adalah Luas dan Keliling Segitiga.
Siklus 3
Siklus 3 merupakan tindakan perbaikan dari siklus 2 yaitu mengubah teknik pembagian kelompok . Pada siklus 3 pembagian kelompok yang digunakan berdasarkan kemampuan akademik yaitu hasil dari siklus 2 dirangking, kemudian dikelompokkan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah kemudian dibagi dalam kelompok baru sehingga tiap kelompok memiliki anggota yang hiterogen ada yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah Bentuk penilaian dan pengumpulan informasi sama dengan siklus 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan hasil sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Tes Luas dan Keliling sebelum dan sesudah diberi tindakan melalui cara pembagian kelompok
No | NAMA | Skor sebelum tindakan siklus 1 | Skor setelah tindakan 1 siklus 2 | Skor setelah tindakan 2 siklus 3 |
1 | A | 80 | 50 | 100 |
2 | B | 50 | 73 | 100 |
3 | C | 40 | 36 | 64 |
4 | D | 60 | 70 | 100 |
5 | E | 60 | 60 | 56 |
6 | F | 40 | 17 | 48 |
7 | G | 50 | 33 | 80 |
8 | H | 30 | 32 | 50 |
9 | I | 50 | 43 | 40 |
10 | J | 80 | 17 | 48 |
11 | K | 90 | 70 | 72 |
12 | L | 30 | 70 | 56 |
13 | M | 60 | 43 | 84 |
14 | N | 30 | 13 | 56 |
15 | O | 40 | 36 | 44 |
16 | P | 60 | 40 | 48 |
17 | Q | 40 | 60 | 100 |
18 | R | 50 | 70 | 68 |
19 | S | 30 | 50 | 72 |
20 | T | 30 | 46 | 76 |
21 | U | 80 | 60 | 100 |
22 | V | 20 | 27 | 60 |
23 | W | 80 | 17 | 40 |
24 | X | 40 | 43 | 56 |
25 | Y | 40 | 43 | 64 |
26 | Z | 10 | 17 | 48 |
27 | AA | 0 | 53 | 68 |
28 | AB | 40 | 56 | 72 |
29 | AC | 60 | 70 | 56 |
Jumlah Total | 1370 | 1315 | 1926 | |
Skor Maks. Individu | 100 | 100 | 100 | |
Skor Maks. Kelas | 2900 | 2900 | 2900 |
Analisis Data Deskriptif Kuantitatif
1. Pencapaian Prestasi Materi Luas dan Keliling sebelum diberi tindakan
= 1370 x 100%
2900
= 47,24 %
2. Pencapaian prestasi Materi Luas dan Keliling setelah diberi tindakan pengelompokan siswa berdasarkan nomor panggilan (acak berdasarkan tempat duduk )
= 1315 x 100%
2900
= 45,34%
3. Pencapaian prestasi Materi Luas dan Keliling setelah diberi tindakan pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan akademik
= 1926 x 100%
2900
= 66,41%
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
1. Terjadi penurunan prestasi setelah diberi tindakan pengelompokan siswa berdasarkan nomor panggilan (acak berdasarkan tempat duduk ) yaitu terjadi 47,24% menjadi 45,34%
Dengan demikian berarti tindakan pengelompokan siswa berdasarkan nomor panggilan menurunkan prestasi siswa sebanyak 47,24% - 45,34% = 1,9%
Sedang rata – rata nilai siswa sebelum diberi tindakan 47,24 terjadi penurunan 1,9% berarti 47,24 – (1,9%x100) = 45,34
2. Terjadi peningkatan prestasi setelah diberi tindakan pengelompokan siswa dengan cara pemerataan kemampuan akademik yaitu :
a. Dari sebelum tindakan (siklus 1) dan setelah tindakan (siklus 3) 47,24% menjadi 66,41% berarti ada peningkatan prestasi sebanyak 66,41% - 47,24% = 19,17%
Rata – rata siswa sebelum diberi tindakan 47,24 naik 19,17% menjadi 47,24 + (19,17% x 100) = 66,41
b. Dari tindakan siklus 2 dan setelah tindakan( siklus 3 ) 45,34% menjadi 66,41% berarti ada peningkatan prestasi sebanyak 66,41% - 45,34% = 21,07%
Rata – rata siswa pada tindakan pengelompokan siswa dengan cara nomor panggilan acak = 45,34 meningkat 21,07% menjadi 45,34 + (21,07% x 100%) = 66,41
Tabel 2. Pedoman pengklasifikasian nilai dengan skala 5 berpedoman pada acuan relatif Siklus 1 (sebelum ada tindakkan)
No | Kualisifikasi | Patokan nilai | Kategori skor | Frekuensi |
1 2 3 4 5 | Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang | 2 SD ke atas +1 SD s/d 2 SD -1SD s/d + 1 SD -1SD s/d 2 SD -2 SD ke bawah | 87,92 ke atas 80,36 – 87,92 65,24 – 80,36 57,68– 65–24 65,24ke bawah | 1 4 0 5 19 |
| jumlah | | | 29 |
Tabel 3. Pedoman pengklasifikasian nilai dengan skala 5 berpedoman pada acuan relatif Siklus 2 (ada tindakkan pembegian kelompok berdasarkan nomor panggilan berdasarkan tempat duduk)
No | Kualisifikasi | Patokan nilai | Kategori skor | Frekuensi |
1 2 3 4 5 | Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang | 2 SD ke atas +1 SD s/d 2 SD -1SD s/d + 1 SD -1SD s/d 2 SD -2 SD ke bawah | 87,92 ke atas 80,36 – 87,92 65,24 – 80,36 57,68– 65–24 65,24ke bawah | 0 0 6 3 20 |
| jumlah | | | 29 |
Tabel 4. Pedoman pengklasifikasian nilai dengan skala 5 berpedoman pada acuan relatif Siklus 3 (ada tindakan pembegian kelompok berdasarkan kemampuan akademik)
No | Kualisifikasi | Patokan nilai | Kategori skor | Frekuensi |
1 2 3 4 5 | Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang | 2 SD ke atas +1 SD s/d 2 SD -1SD s/d + 1 SD -1SD s/d 2 SD -2 SD ke bawah | 87,92 ke atas 80,36 – 87,92 65,24 – 80,36 57,68– 65–24 65,24ke bawah | 5 1 6 4 13 |
| jumlah | | | 26 |
Analisis Keefektifan Relatif
Keefektifan relatif dari siklus 1 ke siklus 2
MX1
47,24
= - 4,91
Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan keefektifan relatif tindakan pembegian kelompok berdasarkan tempat duduk menurunkan prestasi siswa sebesar –4,91 atau dengan kata lain pembagian kelompok berdasarkan tempat duduk menurunkan prestasi sebesar –4,91 jika tanpa pembagian kelompok berdasarkan tempat duduk rata – rata mencapai 47,24 dengen tindakkan pembagian kelompok berdasarkan tempat duduk menurun menjadi :
100
= 47,24 + ( -2,32 )
= 44,92
Keefektifan relatif dari siklus1 ke siklus 3
MX1
47,24
= 40,58
Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keefektifan relatif tindakan pembegian kelompok berdasarkan tempat kemampuan akademik terjadi kenaikan prestasi siswa sebesar 40,58 atau dengan kata lain pembagian kelompok berdasarkan kemampuan akademik terjadi kenaikan prestasi sebesar 40,58 atau jika tanpa pembagian kelompok berdasarkan kemampuan akademik rata – rata mencapai 47,24 dengan tindakkan pembagian kelompok berdasarkan kemampuan akademik terjadi kenaikan sebesar
100
= 47,24 + ( 19,17 )
= 66,41
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisa data secara analisa data deskriftif kuantitatif dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif pada mater pokok Luas dan Keliling lebih efektif jika pelaksanaan pembelajarannya lebih menguntungkan dalam kenaikan hasil belajar pemagian kelompoknya dengan cara pengelompokkan berdasarkan kemampuan akademik.
Bersadarkan analisa data secara analisa data deskriftif kuantitatif dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif pada mater pokok luas dan keliling lebih efektif jika pelaksanaan pembelajarannya lebih menguntungkan pemagian kelompoknya dengan cara pengelompokkan berdasarkan kemampuan akademik karena lebih tampak pemerataan perolehan hasil belajar,yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil daripada pengelompokan teman sebangku atau berdasarkan nomor panggilan, oleh karena itu diharapkan kepada para guru dapat melaksanakan pembelaran kooperatif dengan cara pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan akademik.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga Kependidikan, 2001, Menganalisis Hasil Belajar / Bimbingan siswa, Guru,dan Sumberdaya Pendidikan. Jakarta.
Depdikdasmen Dirjen Dikdamen Direktorat Pendidikan lanjutan Pertama, 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta.
Depdikdas, 2003. Kurikulum 2004 : Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta.
Nurhadi & Agus Gerrard Senduk. 2003. Pembelajaran Konterkstual dan Penerapannya dalam KBK .Malang : Universitas Negeri Malang.
Tim Pelatih LPMPK, 2006. Kumpulan Materi Pelatihan Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Artikel untuk Jurnal Ilmiah bagi Guru. Jember
LAKPESDAM, Vol. 2, No. 1, Maret 2007
Berdasarkan Tabel 1 pada artikel tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Informasi mengenai apasaja yang dapat diperoleh?
- Bagaimana Saudara menginterpretasi informasi berdasarkan kolom Skor sebelum tindakan siklus 1?
- Bagaimana Saudara menginterpretasi informasi berdasarkan kolom Skor setelah tindakan 1 siklus 2?
- Bagaimana Saudara menginterpretasi informasi berdasarkan kolom Skor setelah tindakan 2 siklus 3?
- Bagaimana Saudara menginterpretasi informasi berdasarkan baris jumlah total dan rerata dari setiap siklus?
- Bagaimana kesimpulan Saudara, tentang hasil penelitian tersebut?
- Bagaimana rekomendasi Saudara, berdasarkan hasil penelitian tersebut?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar