Blog ini berisi tentang kiat menuju sukses Anda

Minggu, 28 Februari 2010

RPP Lengkap SD PKn kelas 1,2 dan 3

RPP lengkap semester ganjil dan genap PKn kelas 1,2,3 lengkap silahkan download di bawah

download gr

Jumat, 26 Februari 2010

Pedoman Penilaian Pembuatan Alat Peraga Pendidikan

PEDOMAN PENILAIAN
PENEMUAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA
DAN PEMBUATAN ALAT PELAJARAN/ALAT PERAGA
DI BIDANG PENDIDIKAN DALAM RANGKA
PENGEMBANGAN PROFESI GURU

A. Dasar
Kegiatan pengembangan profesi bagi guru didasarkan atas beberapa peraturan, sebagai berikut :
1. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
2. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nomor : 0433/P/1993, Nomor : 25 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
3. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
B. Teknologi Tepat Guna
1. Kriteria
a. Berupa teknologi tepat guna dalam proses belajar mengajar atau bimbingan dan konseling.
b. Teknologi tersebut bersifat lebih memudahkan pelaksanaan proses belajar mengajar atau bimbingan dan konseling dengan hasil yang lebih baik atau lebih optimal.


2. Bukti Fisik
Uraian tertulis tentang cara pembuatan dan penggunaan yang dilengkapi dengan gambar dan lain-lain yang dianggap perlu.
3. Pemberian Angka Kredit
Angka kredit diberikan setiap penemuan teknologi tersebut (dengan nilai 5).
Dalam hal penemuan teknologi tepat guna dimaksud pengesahan dilakukan oleh kepala sekolah.
Definisi baku yang ada pada lampiran Kepmendikbud No. 25/O/1995 menyatakan bahwa :
“Teknologi tepat guna adalah teknologi yang menggunakan sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah yang dihadapi/ada secara berdayaguna dan berhasilguna atau untuk pelaksanaan tugas sehari-hari menjadi lebih mudah, murah, dan sederhana.”
Contoh teknologi tepat guna:
Perangkat keras :
 kincir air
 mesin perontok padi
 mesin penetas telur dengan kotak kayu
 pembuatan pupuk kompos dengan menggunakan drum
 rangkaian elektronik penghemat daya listrik, dan sebagainya.
Perangkat lunak :
 metode baca tulis Al Quran secara cepat
 program komputer dan sebagainya.
Bidang teknologi tepat guna:
 Teknik (Bangunan, Elektronika, Listrik, Mesin, Otomotif)
 IPA (Kimia, Fisika, Biologi)
 Pendidikan
 Pertanian
 Peternakan, dll.
Contoh teknologi tepat guna :
Perangkat keras :
 kincir air yang dimanfaatkan untuk menumbuk padi atau untuk menghasilkan listrik
 mesin perontok padi
 mesin penetas telur dengan kotak kayu
 pembuatan pupuk kompos dengan menggunakan drum
 rangkaian elektronik penghemat daya listrik
Perangkat lunak :
 metode baca tulis Al Quran secara cepat?
 program komputer???
B. Lingkup Teknologi Tepat Guna di Bidang Pendidikan
Teknologi tepat guna pada instrumental input pembelajaran :
1. Bahan ajar/sumber belajar
2. Media pembelajaran
3. Sarana praktek/praktikum
4. Sistem penilaian
5. Sistem pembelajaran
Teknologi tepat guna dalam BK :
 Sistem penanganan kasus
 Sistem informasi
 Sistem diagnosa kasus
 Tes psikologi, dsb.
Teknologi tepat guna berupa perangkat keras yang sesuai kriteria:
 Merupakan penemuan baru, belum ada sebelumnya.
 Pernah ada tetapi memiliki tingkat modifikasi yang tinggi (70%)
 Pernah ada tetapi memiliki sistem yang berbeda, lebih baik, lebih efektif atau lebih efisien
 Memiliki konstruksi yang sistematis, memiliki rangkaian struktur tertentu (jadi tidak terlalu sederhana, misalnya : hanya terdiri dari satu batang atau satu bahan).
 Menggunakan bahan yang ada di sekitarnya, tetapi tidak mesti dari tumbuhan atau barang bekas. Jadi yang penting bahannya yang mudah ditemukan di sekitarnya.
 Dapat digunakan di kelas dalam proses pembelajaran
Teknologi tepat guna berupa perangkat lunak yang sesuai kriteria:
 Merupakan penemuan baru, belum ada sebelumnya.
 Pernah ada tetapi memiliki tingkat modifikasi yang tinggi (70%)
 Pernah ada tetapi memiliki sistem yang berbeda, lebih baik, lebih efektif atau lebih efisien
 Memiliki alur kerja yang sistematis, memiliki rangkaian struktur tertentu (jadi tidak terlalu sederhana, misalnya : hanya terdiri dari satu atau dua langkah).
 Menggunakan software yang ada di sekitarnya.
 Dapat digunakan di kelas dalam proses pembelajaran
Contoh teknologi tepat guna yang sesuai dengan kriteria
(alat praktikum) :
 Mikroskop dan teleskop sederhana
 Alat uji/pelatih kelincahan dalam olah raga
 Alat pengukur derajat keasaman (pH)
 Alat pengukur kekuatan magnit
Contoh teknologi tepat guna yang sesuai dengan kriteria (alat bantu mengajar) :
 Papan tulis mekanis (lipat, gulung dsb)
 OHP dengan kotak sederhana
Contoh teknologi tepat guna yang sesuai dengan kriteria (alat berlatih bentuk permainan) :
 Alat permainan untuk melatih kecerdasan
 Alat permainan untuk melatih keterampilan
Contoh teknologi tepat guna yang sesuai dengan kriteria (instrumen uji/alat bimbingan) :
 Instrumen uji kecerdasan intelektual yang baru
 Instrumen uji kecerdasan emosional
 Instrumen uji kecerdasan spiritual
Contoh teknologi tepat guna yang sesuai dengan kriteria (alat lainnya)
 Bangku lipat untuk siswa
 Software komputer????
 Dll.
C. Alat Pelajaran/Alat Peraga dan Alat Bimbingan
Kriteria :
 Berupa alat pelajaran/alat peraga/alat bimbingan dalam proses belajar mengajar atau bimbingan dan konseling.
 Pelaksanaan proses belajar mengajar atau bimbingan dan konseling menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik atau lebih efektif.
 Alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan tersebut mempunyai ciri-ciri :
- ada unsur modifikasi
- belum ada atau belum ditemukan di daerah yang bersangkutan
- tidak menyalin
Bukti Fisik :
 Uraian tertulis yang dilengkapi dengan gambar dan lain-lain yang diperlukan.
 Keterangan dari kepala sekolah bahwa alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan kelengkapan tersebut dipergunakan di sekolah
Pemberian Angka Kredit :
 Angka kredit diberikan setiap kali dihasilkan dan dapat dilakukan perorangan atau tim (dengan nilai 0,5).
Alat pelajaran/alat peraga:
 alat untuk memperagakan atau membantu pembelajaran sehingga lebih memperjelas fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata.
Alat bimbingan:
 Alat yang digunakan untuk membantu pembimbingan sehingga proses bimbingan lebih mudah, efektif, dan efisien
Contoh Alat Peraga yang sesuai kriteria
 Poster/gambar benda atau mahluk, karena sudah banyak maka yang penting sudah dimodifikasi dan belum ada di daerah guru bertugas.
 Kartu permainan, juga sudah banyak maka yang penting sudah dimodifikasi dan belum ada di daerah guru bertugas.
 Model benda/barang atau alat tertentu, kalau di tempat lain sudah ada maka yang penting sudah dimodifikasi dan belum ada di daerah guru bertugas.
 Benda potongan (cutaway), masih jarang ada, kalau sudah ada sebelumnya, yang penting sudah dimodifikasi dan belum ada di daerah guru bertugas.
 Slide/Film, yang penting sudah dimodifikasi dan belum ada di daerah guru bertugas.


D. Format Laporan Penemuan Teknologi Tepat Guna
1. Halaman judul, memuat judul, nama penemu, NIP dan Nama Sekolah/Lokasi (bila memungkinkan diberi ilustrasi gambar/foto produk).
2. Halaman pengesahan, memuat identitas penemu dan pejabat yang mengesahkan (nama lengkap, NIP, tempat/tanggal lahir, pangkat/golongan, jabatan struktural/fungsional, unit kerja dan alamat unit kerja serta alamat rumah).
3. Halaman pernyataan dari penemu bahwa produk teknologi ini benar-benar asli hasil karyanya.
4. Kata pengantar penemu.
5. Daftar isi laporan
6. Daftar gambar
7. Daftar tabel (bila ada)
8. Bab I : Pendahuluan, memuat rasional, dasar, tujuan, manfaat dan ruang lingkup penemuan tenologi tepat guna.
9. Bab II : Rancangan/desain produk teknologi tepat guna (dilengkapi dengan gambar rancangan atau diagram alir).
10. Bab III : Prosedur pembuatan produk teknologi tepat guna (dilengkapi dengan gambar atau foto pembuatan.
11. Bab IV : Penggunaan produk teknologi tepat guna dan bukti bahwa pembelajaran menjadi menarik (dilengkapi dengan foto penggunaan).
12. Bab V : Kesimpulan dan Saran
13. Lampiran (berisi gambar rancangan, foto saat pembuatan, foto saat penggunaan, pengakuan masyarakat/pejabat, biodata penemu dan hal lain yang mendukung).


sumber Sulipan Pedoman Penilaian Pembuatan Alat Peraga Pendidikan

Alat Peraga Pendidikan (presentasi power point)

Untuk mengetahui serta membuat alat peraga pendidikan lebih jelas dan lengkap silahkan download di bawah

download gratis di sini

Contoh diktat Pengembangan Profesi Guru

bagi bapak.ibu guru yang mengalami kesulitan mencari contoh diktat,untuk pengembangan profesi guru/angka kredit,maupun sertifikasi,silahkan dowhload di bawah

download gratis di sini

PENGEMBANGAN PROFESI GURU PENULISAN BUKU, DIKTAT, DAN MODUL

1. Buku Pelajaran

a. Pengertian buku pelajaran
Buku pelajaran adalah bahan/materi pelajaran yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk buku yang digunakan sebagai pegangan pokok maupun pelengkap.
Menulis buku pelajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesi guru. Hasil karya tulisnya dapat berupa buku pelajaran, modul, diktat. Sebagai karya ilmiah, buku harus mempunyai kebenaran ilmiah, dan disusun dengan landasan teori tertentu agar buku tersebut dapat mencapai tujuannya dengan baik. Dengan tujuan agar siswa dapat lebih memahami isi pelajaran, maka buku harus disusun dengan kerangka isi tertentu, yang menurut berbagai teori akan mampu meningkatkan pemahaman siswa.
Dalam keadaaan sehari-hari, buku pelajaran merupakan salah satu sumber utama dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain, banyak yang menganggap bahwa buku pelajaran merupakan kurikulum yang diterapkan di sekolah, karena buku pelajaran dijadikan sumber untuk memberikan tugas kepada siswa serta sumber untuk menyusun alat penilaian atau tes.
Dengan demikian, kedudukan buku pelajaran begitu penting untuk mengarahkan dan menentukan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan serta sikap yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, buku pelajaran seharusnya dirancang dan disusun sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dan bilamana buku pelajaran disusun tidak sesuai dengan kurikulum yang berlaku, kiranya jelas bahwa dengan buku pelajaran yang demikian, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang diperoleh siswa tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum, dan pada gilirannya akan gagallah upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Prinsip-prinsip pengembangan buku
Buku yang disusun dalam kaitan dengan kurikulum, hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
1) Dalam mengembangkan buku, harus memperhatikan tujuan tertentu yang hendak dicapai melalui pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan buku pelajaran yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum buku pelajaran itu dikembangkan, penyusun atau penulisnya harus terlebih dahulu memahami tujuan satuan pendidikan, tujuan pendidikan dan cakupan materi cawu/semester, kelas atau satuan pendidikan tertentu.
2) Buku pelajaran disusun selaras dengan
a) program pendidikan dewasa ini serta proyeksinya pada masa mendatang,
b) arah pembaharuan pendidikan yang sedang dan akan dilakukan,
c) tingkat perkembangan pihak pengguna buku pelajaran itu, terutama siswa yang akan menggunakannya,
d) perkembangan ilmu dan teknologi,
e) kebutuhan dan kemampuan siswa,
f) keadaan masyarakat di mana sekolah yang bersangkutan berada, dan
g) keadaan lingkungan belajar siswa.
3) Buku pelajaran hendaknya mudah digunakan oleh pihak yang bersangkutan. Untuk ini buku sebaiknya diterbitkan bersama petunjuk pelaksanaan dan penggunaannya, misalnya buku guru, sehingga orang yang menggunakannya tahu benar bagaimana memanfaatkannya secara efisien.
4) Sesuai dengan prinsip relevansi dengan keadaan lingkungan sekolah dan siswa yang bersangkutan, maka buku pelajaran yang telah disusun itu perlu mempunyai keluwesan, dalam arti bahwa semua materi yang disajikan di dalamnya tidaklah merupakan sesuatu yang kaku. Materi itu harus dapat disesuaikan dengan kemampuan sekolah serta perangkatnya. Ini tidak berarti bahwa keseluruhannya tidak digunakan dan diganti oleh bahan yang benar-benar lain dari apa yang dikemukakan dalam buku tersebut.
5) Bahan yang disajikan dalam kurikulum dan buku itu tidak terbatas pada penyelesaian pendidikan di lembaga yang bersangkutan saja, melainkan harus merupakan bahan yang dapat digunakan dalam keseluruhan hidup yang bersangkutan, dengan anggapan, bahwa pendidikan itu berlangsung tidak hanya selama siswa belajar di sekolah yang bersangkutan. Ini berarti bahwa bahan yang disajikan itu mencakup hal-hal yang bersangkutan dengan tujuan-tujuan manusia yang lebih tinggi.

c. Cara menulis buku
Dalam menulis buku pelajaran, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah meneliti dan melihat kurikulum yang berlaku, materi, pokok bahasan atau sub pokok bahasan apa yang tercantum dalam kuriukulum. Dengan kegiatan tersebut Anda tidak akan sia-sia menulis buku pelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.
Buku pelajaran ada yang bertaraf nasional dan ada yang bertaraf propinsi. Apabila buku tersebut bertaraf nasional, maka harus disahkan oleh Direktur Jenderal Dikdasmen atau oleh instansi lain yang ditunjuk. Nilai angka kredit buku bertaraf nasional adalah 5 setiap buku.
Apabila buku tersebut bertaraf propinsi, maka harus disahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan di propinsi setempat, dan buku tersebut digunakan di seluruh sekolah pada propinsi yang bersangkutan. Nilai angka kredit buku bertaraf propinsi adalah 3 setiap buku.
Dalam menulis buku pelajaran, semua guru boleh menulis buku mata pelajaran apa saja yang disukai dan tidak harus sesuai dengan tugas mengajar guru yang bersangkutan di sekolah. Tidak setiap guru mampu menulis semua mata pelajaran. Oleh karena itu, pilihlah materi pelajaran yang anda kuasai. Apabila Anda menulis sesuai dengan kemampuan anda, akan mudah dalam penulisannya, disamping isinya juga akan lebih baik.

d. Syarat buku yang baik
Ada beberapa syarat buku yang baik, yaitu:
1) Kesesuaian dengan kurikulum/GBPP yang berlaku
o Setiap topik/sub topik dalam GBPP harus ada, artinya isi (materi) buku pelajaran telah mencakup materi minimal yang tercantum dalam bahan pengajaran dalam GBPP; jika ada materi pengayaan maka materi itu harus terkait dengan materi minimal
o Pokok-pokok materi yang penting dari PB/SPB dalam GBPP cukup tergambar secara proporsional
o Pengubahan urutan harus sesuai, tidak mengganggu alur yang digunakan
o Keluasan dan kedalamannya tidak menenggelamkan inti GBPP
2) Kebenaran materi
o Kedalaman dan keluasan isi buku cukup sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi yang diuraikan dalam PB/SPB GBPP
o Memiliki kebenaran materi ditinjau dari ilmu atau disiplin ilmu mata pelajaran yang bersangkutan, misalnya dalam matematika:
• Tidak ada fakta/simbol yang salah
• Tidak ada konsep/definisi, prinsip, teorema, sifat yang salah
• Tidak ada relasi atau operasi yang salah
• Bukti teorema harus benar
• Simbol, relasi, operasi tidak umum harus ada keterangan
3) Penyajian materi
o Pendekatan siswa aktif, pertanyaan atau tugas yang diberikan memungkinkan siswa belajar secara aktif
o Perlu materi prasyarat waktu memulai topik baru
o Informasi yang diberikan memadai /tidak berlebihan, artinya siswa tidak ‘disuapi’ informasi terlalu banyak.
o Informasi yang diberikan hanyalah yang penting-penting saja, siswa didorong untuk mencari dan menemukan informasi sendiri
o Dalam menjawab pertanyaan atau tugas yang diberikan, siswa menggunakan sumber-sumber belajar yang tersedia dan terjangkau dalam lingkungan
o Kegiatan belajar yang dilakukan siswa merupakan kegiatan belajar yang menarik, menantang dan kreatif
o Ada kejelasan antara kegiatan belajar yang dilakukan siswa, apakah secara perseorangan, berpasangan, kelompok, atau klasikal, atau merupakan gabungan
o Penyajian materi dari sederhana ke kompleks dan dari konkret ke abstrak
4) Pemberian contoh
o Bervariasi sesuai topik
o Definisi perlu contoh dan non-contoh
o Bukti teorema perlu contoh penerapan
o Contoh soal divergen atau berupa masalah
5) Penyajian ilustrasi( foto, gambar, peta, tabel, grafik, diagram, bagan, matriks,…)
o Gambar jelas ( tidak kabur) dan bermakna dari definisi, teorema, …
o Gambar diberi keterangan
o Letak gambar tidak jauh dari uraian yang digambarkan; ilustrasi dan teks saling terkait, tidak berdiri sendiri-sendiri
o Gambar obyek yang sama (misal wajah orang) yang digunakan lebih dari satu kali dalam buku tetap konsisten
o Obyek yang digambar sesuai dengan kebutuhan dan keadaan anak sekarang (tidak didominasi gambar-gambar klise sejak tempo dulu)
o Ilustrasi dalam buku cukup memperlihatkan penerapan pandangan ‘Bhineka Tunggal Ika’ tidak melanggar SARA
o Ukuran gambar cukup besar dan jelas dan cukup proporsional
6) Pemberian latihan
o Bervariasi
o Soal sulit diberi petunjuk (hint)
o Ada soal bersifat masalah
o Urutan soal dari sederhana ke sulit
7) Kreativitas
o Terdapat pada: penyajian bahan ajar, pemberian contoh atau latihan
8) Bahasa
o Bahasannya mudah dipahami siswa, jelas, dan tidak menimbulkan salah tafsir serta siswa memahami dengan jelas apa yang harus dikerjakannya
o Bahasannya sesuai dengan ketentuan bahasa yang baik dan benar, sesuai dengan ketentuan EYD
o Bahasannya serta panjang kalimatnya sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan intelektual siswa pada sekolah/kelas yang bersangkutan
o Istilah atau kata yang digunakan dapat dipahami siswa di berbagai daerah di Indonesia
o Penataan alinea cukup baik
9) Tatakarama dan Hak Cipta
o Isi, bahasa, dan ilustrasi :
o tidak membahayakan keamanan negara, persatuan dan kesatuan bangsa
o terhindar dari kesan pornografis
o tidak bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, Ketetapan MPR
o kutipan ciptaan pihak lain yang terdapat memenuhi ketentuan yang berlaku dalam Undang-Undang Hak Cipta
o tidak menimbulkan masalah SARA

e. Kerangka Isi Buku Pelajaran
Sebagaimana karya tulis yang lain, buku pelajaran juga terdiri dari tiga bagian utama: pendahuluan, sajian isi, dan penunjang. Kerangka isi dari masing-masing bagian tersebut yang lengkap adalah sebagai berikut.
Bagian Pendahuluan:
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
• Penjelasan Tujuan Buku Pelajaran
• Petunjuk Penggunaan Buku
• Petunjuk Pengerjaan Soal Latihan
Bagian Isi:
• Judul Bab atau Topik Isi Bahasan
• Uraian Singkat Isi Pokok Bahasan
• Penjelasan Tujuan Bab
• Uraian Isi Pelajaran
• Penjelasan Teori
• Sajian Contoh
• Ringkasan Isi Bab
• Soal Latihan
• Kunci Jawaban Soal Latihan
Bagian Penunjang:
• Daftar Pustaka
• Lampiran-lampiran

e) Saran penyusunan buku
Salah satu tujuan penulisan buku adalah agar buku tersebut menarik pembacanya dan mudah dipahami. Kemenarikan suatu buku tidak saja dari isi materi yang disajikan tetapi juga sosok tampilan buku.
Buku yang terlalu tebal, penuh dengan tulisan mungkin kurang menarik bagi kelompok pembaca tertentu. Sebab itu sangat penting untuk mengetahui kepada siapa buku tersebut akan ditujukan. Buku bagi kelompok anak-anak, tentunya disajikan dengan sosok yang meriah, warna-warni, ceria sesuai dengan kehendak mereka.
Namun, secara umum beberapa pakar mengatakan, agar mudah dan menarik untuik dibaca, upayakanlah memakai aturan berikut. 1) Kalimat-kalimatnya pendek, tetapi jelas. 2) Kalimat aktif. 3) Gambar/ilustrasi yang sesuai untuk memperjelas dan menarik perhatian. 4) Contoh-contoh. 5) Berbagai variasi dalam format sajian, bentuk, dan besaran huruf guna menarik perhatian dan penekanan hal-hal yang penting. 6) Perwajahan yang menarik.

Senin, 22 Februari 2010

Bahan Belajar Mandiri BBM Bahasa Indonesia Program Bermutu

Dapatkan informasi lengkap tentang pembelajaran PTK bahasa Indonesia,lengkap dan sistematis melalui bahan belajar mandiri Bahasa Indonesia dengan cara download di bawah

download gratis di sini

KTI Karya Tulis Pengembangan Profesi Guru dan Permasalahannya

Dapatkan informasi tentang permasalahan penulisan karya tulis pengembangan profesi guru
dengan cara mendownload di bawah

download gratis di sini

Minggu, 21 Februari 2010

Suplemen Pembelajaran Bahasa Inggris Program Bermutu

Dapatkan berbagai macam referensi tentang pembelajaran bahasa Inggris yang sangat bermanfaat bagi guru,terutama guru bahasa Inggris.Caranya cukup download di bawah

download gratis di sini

Bahan Belajar Mandiri BBM Bahasa Inggris Program Bermutu

dapatkan bahan belajar mandiri bahasa Inggris dengan cara mendownload di bawah


download gratis di sini

Generik PTK Bahan Belajar Mandiri Program Bermutu

dapatkan cara mudah menulis PTK langkah demi langkah di tulis secara urut dan sistematis.cocok untuk pemula maupun yang sudah berpengalaman menulis PTK.untuk itu download di bawah

download gratis di sini

Metoda Pembelajaran Matematika Program Bermutu

Dapatkan berbagai macam metode pembelajaran dengan cara download di bawah

download gratis di sini

RPP Bahasa Daerah Jawa Lengkap Kelas VIII Semester Ganjil dan Genap

dapatkan RPP Bahasa Daerah Jawa Lengkap Kelas VIII semester Ganjil dan genap download di bawah

download gratis di sini

RPP lengkap Bahasa Daerah Jawa Kelas VII SMT Ganjil dan Genap

Silahkan download di bawah utnuk mendapatkan RPP Bahasa Daerah Lengkap Kelas VII Semester Ganjil dan Genap

download gratis di sini

Jumat, 19 Februari 2010

RPP TIK Kelas IX Lengkap Semester Ganjil dan Genap

Dapatkan RPP Teknologi Informasi Komputer (TIK) Kelas IX lengkap semester ganjil dan semester genap dangan cara mendownload di bawah

download gratis di sini

RPP IPA Lengkap Kelas IX Semester Ganjil dan Genap

RPP Kelas IX IPA semester ganjil dan semester genap dapat anda dapatkan secara gatis dengan cara download di bawah

silahkan download di sini

Kamis, 18 Februari 2010

RPP Matematika Lengkap Kelas IX Semester Ganjil dan Genap

Dapatkan RPP Matematika Kelas IX Semester Ganjil dan Genap dengan cara download secara gratis .

silahkan download di sini

RPP Lengkap Matematika Kelas VIII Semester Ganjil dan Genap

Dapatkan RPP Matematika lengkap Kelas VIII semester Ganjil dan Genap dengan cara mendownload secara gratis kode di bawah.


silahkan download di sini

RPP Lengkap Matematika Kelas VII Semester Ganjil dan Semester Genap

Sehubungan dengan terbatasnya halaman ini,serta agar lebih praktis,anda dapat memiliki RPP Matematika Lengkap Kelas VII Semester Ganjil dan Genap dengan cara mendownload secara gratis .

silahkan download di sini gratis

Senin, 15 Februari 2010

Contoh PTK /KTI PKn Guru SD


Dra.Endang Susiloningsih

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tugas guru yang utama adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru Sekolah Dasar (SD) dituntut untuk menguasai semua bidang studi. Namun hasil perolehan nilai beberapa mata pelajaran dalam kenyataannya masih ada yang belum memenuhi standar, tidak terkecuali untuk mata pelajaran PKN. Berdasarkan pengalaman peneliti hal ini disebabkan oleh, teknik mengajar yang masih relatif monoton. Sejauh ini pembelajaran PKN di kelas mayoritas masih dilaksanakan dengan metode ceramah. Hal ini tidak menutup kemungkinan menyebabkan interaksi belajar mengajar yang lebih melemahkan motivasi belajar siswa.

Motivasi belajar tidak akan terbangun apabila siswa masih merasa kesulitan dalam menerima pelajaran PKN, PKN dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Sehingga jangan disalahkan apabila disetiap jam pelajaran PKN siswa cenderung merasa enggan dan malas. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu ada solusi dalam penyampaian mata pelajaran PKN dengan menggunakan berbagai cara yang menarik yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sunardi (2006:13) menyarankan untuk mengupayakan agar pelajaran PKN menyenangkan anak, sampaikan materi yang sudah dikenal anak hingga anak percaya diri.

Pembelajaran PKN haruslah lebih berkembang, tidak hanya terfokus pada kebiasaan dengan strategi atau urutan penyajian sebagai berikut: diajarkan definisi, diberikan contoh-contoh dan diberikan latihan soal. Hal ini sangat memungkinkan siswa mengalami kesulitan dalam menerima konsep yang tidak berasosiasi dengan pengalaman sebelumnya. Dalam latihan soal sebaiknya dihadapi bentuk soal cerita yang mungkin terkait dengan terapan PKN atau kehidupan sehari-hari (Guntur Sumilih 2002:103).

Memperhatikan uraian di atas keadaan yang sama dialami juga oleh siswa SMPN I Gondangwetan, siswa masih merasa kesulitan, takut dan kurang berani bertanya terhadap hal-hal yang belum dipahami, sementara itu peneliti kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Keadaan ini jika dibiarkan maka nilai pelajaran PKN akan semakin menurun dan gagal dalam memperoleh nilai ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Untuk mengatasi masalah tersebut seorang guru harus mampu memberikan motivasi terhadap siswa melalui pengelolaan kelas yang menarik dan melibatkan siswa dalam menemukan konsep.

Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan alat bantu pembelajaran. Hal inilah yang diduga menyebabkan lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep dasar PKN, hal ini bisa dilihat dari hasil belajar yang rendah. Pengalaman peneliti sebagai guru PKN di SMPN I Gondangwetan sebelum melaksanakan pembelajaran sudah berusaha maksimal, mulai dari persiapan RPP, media hingga strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas. Namun disisi lain peneliti sebagai guru memang masih cenderung menggunakan metode mengajar yang monoton yaitu metode ceramah, kondisi ini ternyata membuat siswa menjadi bosan, jemu dan tidak tertarik untuk belajar. Guru kurang mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga banyak diantara siswa yang acuh tak acuh terhadap pembelajaran yang sedang dilakukan oleh guru bahkan sebagian diantaranya lebih sering mengerjakan tugas lain.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan langkah-langkah yang dapat dilaksanakan baik oleh siswa maupun guru. Guru hendaknya mengemas proses belajar mengajar dengan metode yang tepat dan menarik dalam penyajiannya. Salah satu langkahnya adalah menggunakan metode variasi dan bantuan alat peraga. Menurut Holstein (1986: 67) media akan memperjelas dan membuat pelajaran menjadi lebih konkrit dan jelas bagi siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah proses pembelajaran melalui implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMPN I Gondangwetan pada PKN ?
  2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa kelas SMPN I Gondangwetan pada materi norma dalam kehidupan bermasyarakat ?
  3. Bagaimanakah peningkatan kreativitas siswa kelas SMPN I Gondangwetan melalui implementasi pembelajaran berbasis inkuiri ?
  4. Bagaimanakah respon siswa terhadap implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMPN I Gondangwetan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran melalui implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMPN I Gondangwetan
  2. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas SMPN I Gondangwetan
  3. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas SMPN I Gondangwetan
  4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMPN I Gondangwetan

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini sangat bermanfaat, baik bagi siswa, guru, maupun guru lain.

a. Bagi siswa :

Dapat meningkatkan keberanian siswa bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat, makna pembelajaran bagi siswa, dan meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa tentang benda dan sifatnya

b. Bagi guru,

Dapat meningkatkan keterampilan pengembangan pendekatan, metode atau model dalam proses pembelajaran di kelas

c. Bagi guru lain :

Dapat meningkatkan pemahaman tentang penelitian dan menumbuhkan minat untuk melakukan penelitian.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Inkuiri

Model inkuiri didefinisikan oleh (Sund dan Trowbridge, 1973) dalam (Putrayasa, 2001) sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.

Dahar (1988) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas

Menurut (Trowbridge, 1990) dalam (Putrayasa, 2001) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional .

Sementara itu, Trowbridge (1990) dalam (Putrayasa, 2001) menjelaskan model inkuiri sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Hal senada dikatakan oleh Roestiyah (1998) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.

B. Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Ajar

Tingkatan pemahaman (the levels of understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua. Menurut Skemp (1976) dalam Wahyudi (2001). Tingkatan pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga belum atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Selanjutnya, tingkatan pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional (relational understanding). Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain.

Menurut Byers dan Herscovics (1977) dalam Wahyudi (2001) menganalisis ide Skemp itu dan mengembangkannya lebih jauh. yaitu, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman intuitif (intuitive understanding) dan tingkatan pemahaman formal (formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada tingkatan pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman intuitif. Mereka mendefinisikannya sebagai berikut. "Intuitive understanding is the ability to solve a problem without prior analysis of the problem." Pada tahap tingkatan ini siswa sering menebak jawaban berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharian dan tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Akibatnya, meskipun siswa dapat menjawab suatu pertanyaan dengan benar, tetapi dia tidak dapat menjelaskan kenapa (why). Kedua, sebelum siswa sampai pada tingkatan pemahaman relasional, biasanya mereka akan melewati tingkatan pemahaman antara yang disebut dengan pemahaman formal.

C. Pengertian Kreativitas

S.C. Utami Munandar (1992) dalam bukunya mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah, merumuskan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Selanjutnya dalam belajar kreatif siswa terlibat secara aktif dan mendalami bahan yang dipelajari.(penalaran) tetapi juga berhubungan dengan penghayatan pengalaman belajar yang mengasyikkan.

Pentingnya kreativitas dikembangkan karena : (1) dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya; (2) kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah; (3) bersibuk diri dengan kratif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada diri sendiri; (4) kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya (S.C. Utami Munandar, 1992).

Dari uraian yang ada diatas maka yang dimaksud dengan kreativitas adalah seorang yang selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba, bertualang, suka bermain-main, intuisif, dan mempunyai potensi untuk menjadi orang yang kreatif. Semua orang lahir dengan kreativitas dan jika ia yakin ia adalah orang yang kreatif maka ia akan menemukan cara yang kreatif untuk mengatasi masalah harian baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadinya.(Depoter,2000)

D. Pengertian Hasil Belajar

Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:

a) Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.

b) Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.

c) Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.

d) Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan , terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik .

E. Tipe Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar. Nana Sudjana (1988;50-54) juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek pengajaran adalah sebagai berikut :

Tipe hasil belajar bidang kognitif

Tipe ini terbagi menjadi 6 poin, yaitu tipe hasil belajar :

a. Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual. Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.

b. Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep

c. Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabtraksikan suatu konsep. Ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru, misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu.

d. Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas (kesatuan ynag utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti .

e. Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.

f. Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.

Tipe hasil belajar afektif

Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang diperhatikanoleh guru, tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.

Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar dari yang sederhana ke yang lebih komplek yaitu :

a. Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi dan gejala.

b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari luar .

c. Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus.

d. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan kemantapan prioritas yang dimilikinya .

e. Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari semua nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya

Tipe hasil belajar bidang psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan, kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :

a. Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar.

b. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c. Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya membedakan visual , adaptif, motorik, dan lain-lain.

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan ketetapan.

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks .

f. Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive seperti gerakan ekspresif, interpretative.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN I Gondangwetan, dari kota kecamatan berjarak kurang lebih 4 km. Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas VII SMPN I Gondangwetan, sebanyak 20 siswa. Latar belakang orang tua wali murid sebagian pedagang, sebagian lagi wiraswasta, dan sebagian besar petani.

B. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2006/ 2007

1) Persiapan minggu I bulan Nopember 2006

2) Pelaksanaan tindakan I Nopember minggu II tanggal 19 Nopember 2006

3) Pelaksanaan tindakan II Nopember minggu II tanggal 22 Nopember 2006

4) Pelaksanaan tindakan III Nopember minggu II tanggal 24 Nopember 2006

5) Pengumpulan data bulan Desember 2006

6) Pelaporan bulan Desember 2006 tanggal 28 Desember 2006

C. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dengan kegiatan berulang-ulang atau bersiklus, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu dipecahkan. Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), guru dapat meneliti sendiri terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara langsung, sehingga bila guru menemukan permasalahan dalam pembelajaran guru dapat merencanakan tindakan alternatif, kemudian dilaksanakan dan dievaluasi apakah tindakan alternatif tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Penelitian tindakan kelas lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya realistik dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun hasil penelitian dapat diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteks yang sama dengan peneliti. Dalam buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Clasroom Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK Depdiknas (2001:5) disebutkan penelitian bersiklus, tiap siklus terdiri dari:

a) Persiapan/perencanaan (Planning)

b) Tindakan/pelaksanaan (Acting)

c) Observasi (Observing)

d) Refleksi (Reflecting)

a. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 siklus yaitu :

1) Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :

1. Mengidentifikasikan bahan pembelajaran

2. Menyusun silabus dan RPP

3. Menyiapkan alat bantu pembelajaran

4. Menyiapkan lember tes

5. Menyiapkan lembar observasi.

b. Tindakan / pelaksanaan (Acting)

Dalam tahap ini merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah tertuang dalam rencana pembelajaran dengan modifikasi pelaksanaan sesuai dengan situasi yang terjadi :

1. Tindakan Siklus 1

Pokok Bahasan : Norma-norma, kebiasaan, adapt istiadat, peraturan yang berlaku dimasyarakat

Sub Pokok bahasan : norma-norma

Langkah-langkah tindakan:

- Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan awal untuk membangkitkan motivasi belajar.

- Guru mengajak siswa untuk mengenang detik-detik proklamasi kemerdekaan dengan menunjukkan norma-norma yang ada dimasyarakat

- Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa seputar tentang pengetahuan yang berkaitan dengan norma-norma yang ada dimasyarakat

- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas simulasi untuk memerankan beberapa kejadian dalam norma-norma yang ada dimasyarakat seperti:

- Guru mempersilahkan setiap kelompok untuk maju dan mensimulasikan fragmen adegan tersebut diatas

- Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil pembahasan materi dengan seksama dan tepat

Beberapa hal yang diharapkan dalam siklus ini adalah:

1. Siswa mengalami peningkatan minat belajar dan aktivitas di kelas selama guru melakukan kegiatan pembelajaran

2. Terdapat peningkatan konsentrasi belajar siswa sehingga aktivitas siswa menjadi terfokus dalam penyelesaian tugas-tugas yang diberikan oleh guru

3. Siswa memiliki kemauan dan keberanian untuk bertanya kepada siswa tentang kesulitan yang dialami pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan

c. Observasi (Observing)

Dalam tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung, juga teman, guru yang diminta bantuan untuk ikut mengamati selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi aktifitas guru.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan tahap menganalisa, mensintesa, hasil dari catatan selama kegiatan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar pengamatan, kuesioner, dan tes. Dalam refleksi melibatkan siswa, teman sejawat yang mengamati dan kepala sekolah. Untuk melakukan perencanaan pada siklus berikutnya, peneliti mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah yang timbul pada pembelajaran siklus I.

2) Siklus II

a. Persiapan/ perencanaan (Planning)

Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, peneliti melakukan perbaikan-perbaikan terkait dengan temuan-temuan pada siklus I

b. Tindakan/ pelaksanaan (Acting)

Pokok Bahasan : Norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku dimasyarakat

Sub Pokok bahasan : adat istiadat dan peraturan yang berlaku dimasayarakat

Langkah-langkah tindakan:

- Guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu daerah

- Guru menanyakan kepada siswa beberapa tokoh penting yang berperan dalam adat istiadat dan peraturan yang berlaku dimasayarakat

- Guru mengajak siswa untuk mengenal dan mendaftar adat istiadat dan peraturan yang berlaku dimasyarakat

- Guru mengajak siswa melakukan studi kelompok dalam rangka memahami dan mengenal lebih jauh tentang adat istiadat dan peraturan yang berlaku dimasayarakat

- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas kelompok

- Siswa diharapkan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan mengerjakannya dengan berbagi tugas bersama rekannya dalam kelompok

- Siswa melaporkan hasil kerjanya ke depan kelas dan memulai diskusi bersama-sama, dalam siklus II ini guru mengurangi peran dan intruksinya kepada siswa, hanya mengamati dengan seksama bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya dan perubahan aktifitas siswa yang dialaminya

- Pada sesi akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara bersama-sama

Harapan yang dimungkinkan muncul dalam siklus II ini adalah bahwa :

1. Guru dapat mengelola kelas dengan lebih baik dan lebih mampu memahami siswa

2. Siswa dapat meningkatkan kemampuan komunikasinya dan penguasaan konsep materi pembelajaran

3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan yang baik

c. Observasi (Observing)

Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung, peneliti juga meminta bantuan teman guru untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktifitas guru dan lembar keaktifan siswa.

d. Refleksi (reflecting)

Dari hasil pengamatan pada siklus kedua dapat digunakan untuk melakukan refleksi apakah hasil ulangan siswa sudah memenuhi ketuntasan secara klasikal maupun individual.

D. Perangkat penelitian

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas digunakan beberapa perangkat penelitian sebagai berikut :

a. Rencana Pembelajaran

Skenario pembelajaran dengan pokok bahasan perpangkatan dan akar yang berisi tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tentang bagaimana menerapakan metode variasi sehingga mampu meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran

b. Media Pembelajaran

Alat bantu pembelajaran yang digunakan oleh peneliti, dalam rangka mempermudah proses pembelajaran dengan metode variasi

E. Instrumen Penelitian

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan beberapa analisa, antara lain :

1. Lembar observasi

Lembar observasi guru digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran antara lain contoh lembar observasi seperti pada lampiran.

2. Soal tes

Berupa tes hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. Soal tes dikerjakan secara invidu oleh siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, tes diadakan setiap akhir siklus. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual.

3. Angket/ Kuisioner

Angket diberikan setelah proses pembelajaran berakhir pada akhir siklus. Tujuannya untuk mengetahui respon siswa tentang kekurangan, kelebihan atau kendala yang ada serta saran siswa terhadap proses pembelajaran. Contoh angket dapat dilihat dalam lampiran.

F. Tehnik Analisis Data

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas teknik analisis terhadap data yang telah dikumpulkan sebagai berikut :

1. Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa adalah data kegiatan siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya diobservasi dengan mengkaitkannya dalam kategori;

Baik apabila tercatat 10 tally

Sedang apabila tercatat 6 tally

Rendah apabila tercatat 6 tally

Indikator observasi ini meliputi; memperhatikan penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan soal ke papan tulis, dan menyelesaikan tugas mandiri. (Lebih lanjut dapat dilihat dalam lampiran form pengamatan)

2. Data Hasil Tes Belajar Siswa

Data hasil tes adalah data yang diperoleh oleh peneliti setelah melakukan tes formatif terhadap siswa setelah pembelajaran. Tes belajar siswa dilakukan selama 2 (dua) kali, pada setiap siklus yang dilakukan. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua nantinya akan dibandingkan sehingga dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual. Ketuntasan individiual ditentukan dengan ketentuan:

Adapun rumusan yang digunakan di dalam ketuntasan belajar adalah sebagai berikut :

a). Ketuntasan secara individu

Rumus persentase

Jumlah skor yang diperoleh

x 100 %

Jumlah skor maksimal

b) Ketuntasan secara klasikal

Rumus persentase ketuntasan :

Jumlah siswa yang tuntas

X 100 %

Jumlah seluruh siswa

Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat persentase ketuntasan minimal mencapai 65 %, sedangkan untuk tingkat klasikal minimal mencapai 85 % (Depdikbud, 1994, dalam Kustantini:10)

3. Angket/ Kuisioner

Data yang diperoleh melalui angket siswa dianalisis dengan menggunakan jumlah responden yang telah menjawab setiap pertanyaan angket. Kategori jawaban terbagi menjadi 3 (tiga) macam: ya, tidak dan cukup.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus, dimana tiap siklusnya terdiri dari satu tindakan yang diwujudkan dalam satu kali pertemuan pembelajaran yang lamanya 2 x 35 menit. Jadi pada penelitian tindakan kelas ini diadakan proses pembelajaran sebanyak tiga pertemuan.

1. Pelaksanaan Siklus 1

1) Perencanan ( planning )

Kegiatan yang dilakukan pada siklus I adalah :

a. Membuat rencana pembelajaran atau skenario metode variasi, sesuai materi yang diajarkan

b. Membuat instrumen penelitian

c. Membuat silabus

d. Membuat lembar kerja sesuai materi

Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa bersam-sama mengamati dan mencatat kegiatan norma-norma dan adat istiadat. Guru dan siswa kemudian memperhatikan ilustrasi yang diberikan oleh guru. Siswa kemudian oleh guru diminta menjelaskan kegiatan yang dapat terjadi. Guru membagi siswa dalam 3 (tiga) kelompok. Kemudian guru mempersilahkan siswa untuk menyusun bersama kelompoknya bagaimana simulasi peristiwa tersebut diatas pada nanatinya akan disimulasikan didepan kelas. Setelah simulasi kelas selesai dilakukan, setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dicatat dalam siklus 1 adalah sebagai berikut:

    1. Temuan positif

a) Melalui penggunaan metode inquiry ini siswa terlihat lebih bergairah dalam belajar

b) Dalam berdiskusi dan tanya jawab siswa terlihat mulai aktif, meski peran siswa masih kurang karena hanya beberapa orang saja

c) Motivasi siswa dalam memahami norma-norma dan adat istiadat yang terlihat dengan adanya beberapa siswa bertanya terkait dengan simulasi yang dilakukan oleh siswa-siswa yang lain

    1. Temuan negatif

a) Sebagian siswa masih ada yang belum bisa menjelaskan kepada teman-temannya dalam menyampaikan pengalamannya

b) Kualitas tanya jawab yang dihasilkan dari hasil diskusi belum maksimal.

B. Pelaksanaan Siklus 2

1) Perencanan ( planning )

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah :

a. Membuat rencana pembelajaran atau skenario metode variasi, sesuai materi yang diajarkan

b. Membuat instrumen penelitian

c. Membuat silabus

d. Membuat lembar kerja sesuai materi

Guru mengajak siswa dan menanyakan kepada siswa beberapa tokoh penting yang berperan dalam norma dan adat istiadat. Sesi selanjutnya setelah siswa telah menyelesaikan tugas yang diberikan guru maka guru memulai kegiatan pembelajaran dengan memaparkan permasalahan dan siswa yang ditunjuk secara acak diminta untuk menanggapi permasalahan yang telah diberikan oleh guru

Kemudian guru juga meminta siswa lain untuk memberikan tanggapan atau pendapat yang berbeda sehingga kemudian pada saat siswa telah dianggap kondusif tugas yang telah disiapkan oleh guru. Siswa diharapkan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan mengerjakannya dengan berbagi tugas bersama rekannya dalam kelompok

Siswa melaporkan hasil kerjanya ke depan kelas dan memulai diskusi bersama-sama, dalam siklus II ini guru mengurangi peran dan intruksinya kepada siswa, hanya mengamati dengan seksama bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya dan perubahan aktifitas siswa yang dialaminya. Pada sesi akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara bersama-sama

Setelah diskusi kelas selesai dilakukan, setelah itu guru peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dicatat dalam siklus 2 adalah sebagai berikut:

1. Temuan positif

a) Dalam berdiskusi dan tanya jawab siswa terlihat mulai aktif, meski peran siswa masih kurang karena hanya beberapa orang saja

b) Jumlah siswa yang aktif meningkat hal ini terlihat dengan adanya bertambahnya siswa yang bertanya

2. Temuan negatif

a) Pertanyaan siswa dalam diskusi kelas masih belum terarah, sehingga alur diskusi masih belum berjalan lancer. Dan masih didominasi oleh beberapa siswa yang, nyata-nyata berprestasi

b) Sebagian siswa masih ada yang belum bisa menjelaskan kepada teman-temannya dalam menyampaikan pengalamannya

c) Kualitas tanya jawab yang dihasilkan dari hasil diskusi belum maksimal.

C. Pengamatan tindakan (observing)

Pengamatan dilakukan pada setiap pelaksanaan tindakan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan instrumen yaitu: (1) pengamatan terhadap kreativitas siswa (2) evaluasi pemahaman siswa; (3) angket untuk mengetahui dampak model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terhadap kreativitas dan pemahaman siswa. Berikut dipaparkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dari pelaksanaan tindakan pada setiap siklus sebagai berikut:

1. Hasil pengamatan terhadap kreativitas siswa

Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan 7 (tujuh) indikator yang meliputi keseriusan siswa, inisiatif siswa, partisipasi siwa dalam pembelajaran, kemampuan siswa menyebutkan fakta, kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri, berdiskusi, kemampuan siswa memahami perintah guru.

Tabel 4.1

Pengamatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran

No

Indikator

Hasil Observasi

Siklus I

Siklus II



B

C

K

B

C

K

1.

Keseriusan siswa

Ö

-

-

Ö

-

-

2.

Inisiatif bertanya

-

-

Ö

Ö

-

-

3.

Partisipasi siswa dalam pembelajaran

-

Ö

-

Ö


-

4.

Kemampuan siswa menyebutkan fakta

-

-

Ö

-

Ö

-

5.

Kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri

-

-

Ö

-

Ö

-

6.

Berdiskusi

-

-

Ö

Ö

-

-

7.

Kemampuan siswa memahami perintah guru

-

-

Ö

Ö

-

-

Sumber : Hasil pengamatan dan data diolah

Keterangan : B = baik C = cukup baik K = kurang baik

2. Hasil tes formatif pemahaman benda dan sifatnya.

Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada siswa dan telah dianalisis berdasrkan indikator pencapaian pemahaman materi benda dan sifatnya maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Tes Formatif Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran

No

Indikator

Mampu menjawab

Mengalami kesulitan



I

II

I

II

1.

Mampu mendeskripsikan hubungan antara norma dan adat istiadat

29

80,5%

34

(94,4%)

7

19,5%

2

(5,6%)

2.

Mampu membedakan macam-macam norma

24

67%

33

(91,6%)

12

33,4%

3

(8,4%)

3.

Mampu menjelaskan kegunaan norma dan adat istiadat

24

67%

35

(97,2%)

12

33,4%

1

(2,8%)

4.

Mampu menjelaskan keuntungan dan kerugian adanya norma

20

56%

33

(91,6%)

16

44,5%

3

(8,4%)

5

Mampu mendeskripsikan tujuan penggunaan norma dalam masyarakat

21

58%

35

(97,2%)

15

41,7%

1

(2,8%)


Rata-rata

65 %

91,5

34,75%

8,5 %







Sumber data: hasil tes formatif siswa dan data diolah

3. Hasil penilaian berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa.

Berdasarkan angket yang telah diberikan dan diisi oleh siswa maka diperoleh data respon siswa terhadap pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 4. 3

Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

No

Pertanyaan

Jawaban Siswa

Ya

Tidak

1

Siswa senang belajar dengan metode pembelajaran yang dilkakukan oleh guru

34

(94,4%)

2

(5,6%)

2

Siswa merasakan kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupannya.

33

(88,8%)

3

(11,2%)

3

Siswa memerlukan metode pendekatan inkuiri seperti yang telah dilakukan.

33

(88,8%)

3

(11,2%)

4

Siswa merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru dilakukan.

31

(86,1%)

5

(13,9%)

5

Siswa tertarik dengan metode pembelajaran yang dikembangkan guru

34

(94,4%)

2

(5,6%)

Sumber data: hasil angket siswa dan data diolah

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan pada Siklus I dan Siklus II diolah dan di analisis dengan hasil sebagai berikut :

  1. Dari data penilaian tentang kreativitas jelaslah bahwa implementasi pembelajaran berbasis inkuiri pada pokok bahasan benda dan sifatnya memberikan kontribusi yang cukup signifikan (positif) terhadap peningkatan kreativitas siswa. hal ini terlihat dari siklus ke-1 ke siklus ke-2 tampak pada tabel diatas pada siklus ke-1 dari 7 (tujuh) indikator keberhasilan terdapat 1 baik, 1 cukup dan kurang 5, sedangkan pada siklus ke-2 dari 7 (tujuh) indikator keberhasilan terdapat 5 baik, 2 cukup hal ini membuktikan terdapat adanya peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran siswa.

  1. Dari data formatif I dan tes formatif II tampak terdapat peningkatan yang signifikan, hal ini tampak pada hasil formatif I rata-rata siswa yang mampu menjawab soal tes 65,25 % dan mengalami kesulitan 34,75 %, sedangkan pada hasil tes formatif II yang mampu menjawab soal tes 91,5% dan yang mengalami kesulitan 8,5%. Maka telah terjadi kenaikan sekitar 26,25% pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa implementasi metode inkuiri dapat dikatak efektif dalam meningkatkan pemahaman pengetahuan siswa terhadap pembelajaran.

  1. Berdasarkan data hasil angket yang diberikan kepada siswa didapatkan sebagian besar 34 atau (94,4%) siswa menyatakan senang belajar dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan hanya 2 (5,6%) siswa menyatakan tidak senang. Dalam aspek kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupannya sekitar 33 (88,8%) siswa mampu merasakan hal tersebut sedangkan 3 (11,2%) siswa belum dapat. Prosentase tersebut juga berlaku dalam aspek tentang perlu tidaknya metode pembelajran itu digunakan. Padahal sebagian besar siswa merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru dilakukan, hal ini ditunjukkan oleh 31 (86,1%) siswa dan 5 (13,9%) siswa merasa tidak ada tantangan. Bahkan siswa yang secara terbuka merasakan tertarik metode yang dikembangkan guru 34 (94,4%)siswa dan hanya 2 (5,6%) siswa menyatakan tidak tertarik. Maka dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa metode inkuiri yang dikembangkan oleh guru (peneliti) secara garis besar dapat diterima oleh siswa.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Implementasi berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya untuk siswa kelas VII SMPN I Gondangwetan dilakukan dalam 3 (tiga) siklus dengan tanpa hambatan berarti.

2. Implementasikan pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VII SMPN I Gondangwetan. Terbukti terdapat kenaikan persentase tingkat pemahaman dari siklus I sebesar 65,25 % menjadi 91,5% pada siklus II, atau mengalami peningkatan sebesar 26,25%

3. Implementasikan pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas VII SMPN I Gondangwetan.

4. Respon siswa terhadap implementasikan pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya untuk siswa kelas VII SMPN I Gondangwetan termasuk positif

Saran-Saran

1. Guru dalam pembelajaran ini hendaknya lebih banyak strategi pembelajaran daripada sekedar memberikan informasi.

2. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya, dan guru sebaiknya sebagai fasilitator.

3. Kepala sekolah diharapkan mendukung dan memotivasi guru dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.


DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis,1988, Teori-Teori Belajar,Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.

Degeng, S Nyoman,1989,Taksonomi Variabel ,IKIP Malang, Malang.

Depdikbud, 2002, Pendekatan Kontekstual, Balai Pustaka, Jakarta

Dimyati Dkk,2002, Belajar Dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Haryanto, 2003, Sains Untuk SD Kelas VI, Erlangga, Jakarta

Mulyasa, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT Rosda Karya, Bandung

Puskur, 2003, KD Sains SD, http://www.puskur.net/inc/sd/PengetahuanAlam.pdf.

Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta.Jakarta.

Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, www.depdiknas.go.id

Wahyudi, 2001, Tingkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Pelajaran, Editorial Pendidikan Dan Kebudayaan Edisi 36, Depdiknas, Jakarta


ANGKET RESPON SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN

Jawablah pertanyaan berikut dengan jujur dengan memilih salah satu jawaban yang menurut kamu tepat.

1. Apakah Anda senang belajar dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru

a. Ya b. Tidak

2. Apakah Anda merasakan kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupanmu sehari-hari

a. Ya b. Tidak

3. Apakah menurut mu metode pendekatan inkuiri diperlukan dalam pembelajaran dikelas seperti yang telah dilakukan.

a. Ya b. Tidak

4. Apakah Anda merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru dilakukan.

a. Ya b. Tidak

5. Apakah Anda tertarik dengan metode pembelajaran yang dikembangkan guru

a. Ya b. Tidak


LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA

Nama Pengamat : ……………………………………………………………………….

Pokok Bahasan : ………………………………………………………………………..

Siklus : ………………………………………………………………………...

Petunjuk penggunaan lembar pengamatan

1. Pengamatan dilakukan untuk semua aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung

2. Pengamat harus berada pada posisi yang memudahkan dirinya untuk memperhatikan siswa yang diamati

3. Pengamat tidak diperkenankan untuk membantu siswa selama pembelajaran berlangsung

No

Indikator

Frekuensi Aktivitas

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1.

Keseriusan siswa











2.

Inisiatif bertanya











3.

Partisipasi siswa dalam pembelajaran











4.

Kemampuan siswa menyebutkan fakta











5.

Kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri











6.

Berdiskusi











7.

Kemampuan siswa memahami perintah guru























…………………., ………….

Pengamat

(----------------------------------)

Sumber :Bahan Pelatihan,Koleksi Ninik ,SW.Instruktur LPMP Jawa Timur